"Seorang sahabat
adalah seseorang tempat engkau dapat mencurahkan segala isi hatimu,
mengupas dan menggilingnya bersama,
tahu bahwa angan-angan terlembut akan mengambilnya dan memeriksanya,
mengambil yang berharga untuk disimpan,
dan
meniupkan yang tersisa dengan sebuah hembusan kebaikan."
- Pepatah Arab
Manusia modern sangat ingin mengobrol, berbagi. Manusia pada dasarnya sangat mendambakan teman. Di sisi lain, manusia modern itu juga sangat menginginkan kesendirian, privasi. Ketika berhadapan dengan kedua dambaan ini, manusia modern itu bisa menjadi gamang, atau malah tidak sadar kondisi sejatinya.
Laptop
Ada dua orang lelaki bekerja bersebelahan, di satu ruangan, di satu kantor. Masing-masing bekerja di depan laptop. Ketika tiba saat makan siang, mereka mengobrol:
"Andy, lunch yuk!"
"Ayo. Sekarang?"
"Iya dong."
"Hayuk!"
"Sebentar, di mana?"
"Di mana saja boleh."
"Di Godiva?"
"Ok."
Begitulah Andy dan Broto sepakat pergi bersama. Sebelum berangkat masing-masing menyiapkan ransel, yang berisi perkabelan dan asesoris laptop. Mereka menuju mobil yang siap bergerak. Sopirnya sudah persis menghentikan mobil di depan pintu keluar. Setelah duduk dengan posisi agak mantap, mereka berdua membuka ransel masing-masing, mengambil laptop, menghidupkannya dan tangan mulai meliuk-liuk di atas keyboard.
Setelah mobil berhenti, dengan cepat keduanya melipat laptop, memasukkan ke ransel dan mengaitkan ke pundak.Mereka mengambil meja yang untuk dua orang saja. Meja dua kursi. Pelayan dengan senyuman latihan dan arahan supervisor menyodorkan daftar menu. Andy dan Broto menuliskan makanan dan minuman pilihannya di kertas dengan pensil. Pelayan Godiva mengambilnya kertasnya, membawanya ke tempat memasak dan ke kasir.
Andy dan Broto dengan secapat kilat membuka laptop lagi. Asyik dengan layanan hotspot Godiva. Makan siang dengan tenang. Pulang ke meja kantor dan duduk lagi di depan laptop dengan damai.
Tahu sebenarnya yang terjadi? Inilah tragedi manusia. Andy dan Broto mulai berangkat sampai kembali lagi ke meja masing-masing, tanpa mengobrol. Komunikasi tadi lewat chatting. Mereka juga memilih tempat makan yang ada layanan internet gratis. Tapi betulkan gratis? Bukankan harga itu sudah termasuk dalam harga makanan? Mereka berangkat bersama, duduk bersama di satu mobil, makan dan minum bersama, kembali bersama, sampai bekerja lagi di depan laptop masing-masing, tanpa saling memandang, tanpa berbicara satu sama lain. Padahal mereka berdua hanya sejauh langkah kaki. Apakah Andy dan Broto memerlukan teman?
Manusia Memerlukan Sahabat
Robert J. Miller dan Stephen J. Hrycyniak dalam GriefQuest: Reflections for Men Coping with Loss, mengatakan bahwa paling tidak ada dua alasan bagus mengapa relasi sangat penting. Pertama, kita memerlukan orang lain untuk menegaskan perjalanan dan membenarkan apa yang sedang kita jalani. Kedua, relasi dan persahabatan mengajarkan kita nilai 'duduk di lumpur' atau 'keterlibatan'.
Sungguh sangat tidak mudah untuk mempunyai sahabat yang mampu 'duduk bersama dalam lumpur.' Masihkah hal seperti itu populer di masa sekarang? Masihkah persahabatan masuk akal di zaman ini? Justru, di era yang sakarang kita dikendalikan oleh pekerjaan, diatur oleh target, persahabatan sangat mendesak dan penting.
Penyair Thomas Stearns Eliot, yang mendapat Nobel Kesusasteraan tahun 1948, berkata tentang persahabatan sejati seperti relasi pasangan hidup. Pasangan hidup adalah "sebuah titik tenang dalam dunia yang kacau," demikian kata T. S. Eliot. Kata-kata itu tidak akan pernah sungguh terbukti selain dalam masa-masa sulit. Seorang sahabat dekat atau pasangan hidup dapat menjadi:
... batu kekuatan yang tenang ...
... suatu sumber dukungan dan semangat ...
... suatu kehadiran yang tenang dan membuat stabil ...
... sebuah katalisator kejujuran diri dan ungkapan pribadi ...
... sebuah 'spons' untuk penyaluran emosi ...
... sebuah suara yang tahu betul telaah batin kita.
No comments:
Post a Comment