August 28, 2008

Belajar Sejarah

"Jika kita tidak tahu apa yang terjadi sebelum kita lahir,
berarti kita tetap anak kecil."
- Cicero


Saya masih ingat sejarah yang saya pelajari ketika masih sekolah dasar dan menengah. Saat itu sejarah sesuatu yang sangat menarik, bukan karena suguhan guru yang terampil, tapi karena cerita-cerita heroik, keberanian para pahlawan, perlawanan-perlawanan tanpa takut, bahkan banyak pejuang sampai gugur di medan pertempuran.

Di sisi lain, mulai ada kecenderungan melebih-lebihkan peristiwa-peristiwa tertentu dan mengagung-agungkan pejuang-pejuang tertentu. Buku-buku sejarah mulai dibatasi hanya buku-buku tertentu. Mulai diciptakan kesan bahwa pejuang yang satu tidaklah berguna bahkan dicap pengkhianat. Ada kesan peristiwa dan tokoh tertentu sebagai sesuatu yang luar biasa. Kecenderungan ini makin menjadi-jadi ketika kondisi yang diciptakan mulai tidak rasional dan objektif.

Mengapa Belajar Sejarah?

Sejarah mengajarkan banyak hal. Apakah sejarah itu suatu kesuksesan atau kegagalan sama-sama mengajari manusia dengan hasil yang sama jika manusia mencermatinya dengan mata dan hati terbuka. Peristiwa Holocaust mengajari Orang Jerman, Orang Yahudi, bahkan segenap umat manusia dengan hasil yang sama.

Kalau kita baca buku sejarah suatu bangsa, sangat kentara sejarahnya kebanyakan mencatat keberhasilan bangsanya sendiri. Banyak juga tercatat sejarah suatu bangsa hanya menceritakan kebaikan bangsa sendiri. Mirip dengan banyak biografi, terlalu banyak buku sejarah yang hanya menampilkan kehebatan yang tokoh atau bangsa sendiri, tanpa cacat, tanpa cela. Tidak sulit menemukan sejarah yang isinya kebencian kepada bangsa lain.

Sebaiknya bangsa Indonesia belajar sejarah hubungan Indonesia-Malaysia misalnya, bukan hanya versi sejarah Indonesia, tapi juga dengan perspektif Malaysia. Orang Inggris sebaiknya belajar sejarah Jerman atau Perancis, bukan hanya versi Inggris, tapi versi Jerman dan Perancis juga. Sejarah dengan berbagai perpektif akan mengajari manusia untuk tidak berprasangka, dan menghindari pikiran buruk terhadap bangsa lain.

Dengan begitu, sejarah kan mengajarkan manusia budi pekerti. Sejarah akan mengajarkan manusia yang rendah hati di hadapan bangsa sendiri. Sejarah akan menciptakan manusia yang takjub dengan luasnya sejarah manusia. Sejarah sepantasnya memanusiakan manusia.
---

Fransiskus Nadeak

5 comments:

Anonymous said...

Terima kasih atas pencerahannya!
Sejarah bukanlah sejarah jika tidak menyatakannya dalam bingkai kebenaran, tapi penipuan.
Wassalam

Anonymous said...

tapi kenapa di sekolah kami, pel. sejarah tidak penting?

Frans. Nadeak said...

#Agung:
Yup, Mas Agung!

Frans. Nadeak said...

#Marsella:
Memang sepertinya, di negeri kita, sejarah dianggap hanya untuk 'tahu' cerita masa lalu. Bukan belajar darinya, atau setidaknya dengan sejarah seharusnya kita membentuk diri kita. Bagaimana?
Frans.

K Site's said...

historia vitae magistra..