Baru-baru ini saya membaca buku “Here and Now, Living in the Spirit.” Buku yang sangat inspiratif karya seorang berkewarganegaraan Belanda, Henri J. M. Nouwen. Buku itu sebetulnya berisi permenungan-permenungan singkat. Dengan rendah hati, Nouwen menyadari bahwa sampai usia yang tidak muda lagi, betapa hidup emosionalnya amat dipengaruhi oleh orangtua, saudara, dan saudarinya. Pengaruh yang begitu kuat itu hingga bertahun-tahun emosinya masih terikat sangat kuat dengan orangtua.
Sama seperti Nouwen, mungkin sekali kita selalu melakukan apa yang menjadi keinginan orangtua kita. Memang seorang anak harus menghormati orangtua, tapi bertindak melulu karena keinginan orangtua mungkin tidak selalu tindakan dewasa dan bijaksana. Mungkin kita masih ingin melakukan ‘permintaan’ orangtua tanpa memikirkan dengan matang sebenarnya apakah permintaan itu mengembangkan diri kita atau tidak. Mungkin saja kita secara otomatis taat dan melakukan permintaan hanya karena yang meminta adalah orangtua kita.
Mungkin juga kita masih terbawa emosi, kebencian, kemarahan, kekecewaan yang bersumber dari hubungan keluarga. Kita mungkin masih ingin mengubah orangtua kita, bahkan apabila orangtua kita pun sudah meninggal. Kita belum benar-benar ‘meninggalkan’ rumah. Kita mungkin belum berusaha menjadi dewasa.
Apakah kita bergerak, mampu dan siap melepaskan diri kita dari ikatan emosional yang menjerat dan menghalangi kita mengikuti panggilan batin kita yang paling dasar? Apakah kita mampu mendengar suara hati kita yang benar?
--
Fransiskus Nadeak
No comments:
Post a Comment