August 25, 2008

Otokritik - Mengkritik Diri

"Kalau kita tidak mengkritik diri, kita jadi bodoh dan buta,
sehingga kita berjuang dengan ketidaktahuan diri dan orang lain."
- Mohammed Arkoun,
guru besar Universitas Sorbonne, Paris



Dahulu, saya punya pengertian yang terlalu sederhana akan kepercayaan. Saya seolah-olah meyakini bahwa segala sesuatu yang saya percayai adalah benar-benar benar semuanya. Bahkan ada pengertian tentang berbagai hal adalah mutlak benar, tidak mungkin keliru atau salah. Saya mendengar juga di radio-radio, khotbah-khotbah yang tidak sepenuhnya membangun. Memang sepertinya nuansa khotbah itu adalah untuk menguatkan kepercayaan pendengarnya. Dan semakin sering khotbah dengan motif yang sama, menjadikan pendengarnya semakin percaya, dan yakin akan kebenarannya secara sempurna. Apa yang saya percayai dulu, seolah-olah pasti benar semuanya untuk selamanya.


Saya teringat akan sebuah nasihat seperti ini, "Jangan membaca yang lain, cukuplah (kitab) ini dipelajari dan diyakini, niscaya hidupmu akan tenang dan bahagia." Setelah menjalani hidup bersama banyak manusia dengan banyak kepercayaan, aneka kultur, bermacam sejarah; maka saya temukan, memang manusia sangat bervariasi. Manusia hidup di bumi ini dengan berbeda-beda perasaan, kesan, keyakinan, dan persepsi. Manusia sangat kaya. Maka kita sebaiknya bisa memanfaatkan kekayaan yang ada pada manusia itu.

Kebanyakan kita punya tendensi hanya mencari sesuatu yang menguatkan apa yang kita percayai. Kita hanya membaca buku-buku yang mengamini apa yang kita yakini. Alangkah baik dan mulianya jika kita mulai mencari perspektif baru atau yang berbeda. Kita perlu membaca buku-buku yang bukan hanya menguatkan apa yang kita yakini. Bukan berarti kita menjadi tidak memiliki keyakinan, skeptis, atau menjadi relativis. Ini bukan tentang menggugat apa yang kita yakini, tapi memperbarui dan memperbaiki cara kita meyakini.

Mengetahui perspektif lain membuat pemahaman kita makin kaya. Mendalami perspektif lain akan menjernihkan cara memandang kita. Melihat dengan cara berbeda memerlukan keterbukaan dan kejujuran diri. Melihat dengan cara pandang orang lain membutuhkan kerendahhatian. Dengan kemauan dan kemampuan melakukan ini, kita bisa mengkritik diri. Dengan kebiasaan seperti ini, kita semakin cerdas, semakin bertanggung jawab, semakin menghargai orang lain, dan semakin arif.

Seperti kata pemikir besar, Bernard Lonergan, "Be attentive, be intelligent, be responsible, be loving, and if necessary, change." Dengan kebiasaan melakukan otokritik, kita akan mampu meninggalkan keyakinan-keyakinan yang melenceng, yang tidak relevan, yang mungkin keliru atau error. Kita memperoleh pengertian (dengan cara) baru, lebih luas, lebih dalam, dan lebih tajam. Dengan pengertian seperti ini, maka bagaimana kita mengimani sesuatu akan semakin baik, dengan demikian keyakinan kita pun akan makin tangguh, teguh, dan kokoh.

----

Fransiskus Nadeak

5 comments:

Anonymous said...

Sangat impresif! Terima kasih

Anonymous said...

Perlu kedewasaan untuk bisa gini..

yang lagi nyari sesuatu di internet
salam mencari

Frans. Nadeak said...

Mas Thomas,
terima kasih!

Frans. Nadeak said...

Buar 'yang lagi cari2 di internet',
selamat mencari dan menemukan apa yang dicari...
:-)

Unknown said...

izin copy yah bung..