"Menjadi sibuk saja tidaklah cukup;
semut-semut juga sibuk.
Persoalannya adalah:
Apa yang menyibukkan kita?"
- Henry David Thoreau, filsuf Amerika
Kita sering mendengar keluhan orang-orang yang bekerja di kota besar. Berangkat subuh, pulang gulita. Belum lagi kemacetan dan kesemrawutan di jalanan membuat situasi semakin lambat bergerak menuju tempat yang ingin dituju. Pekerjaan dan profesi terlalu banyak menguras hidup kita. Sering terjadi juga pekerjaan telah mengambil waktu kita. Yang paling hebat lagi, pekerjaan telah merenggut jiwa kita.
Kita ingin memiliki waktu luang. Kita mencari-cari waktu luang. Kita memilah-milah, menghitung-hitung lagi seluruh waktu hari-hari kita, kemudian menyusun lebih rapat dan padat lagi, agar menyisakan waktu untuk dinikmati. Tapi, sekiranya waktu luang itu ada, apa yang terjadi? Saat itu juga kita mencari kesibukan, mengisi waktu dengan kesibukan.
Sekarang sudah jarang istilah mencari nafkah atau rezeki. Paham kita adalah menjadi kaya akan materi. Coba bayangkan berapa banyak orang sekarang ini yang bekerja untuk mengumpulkan uang. Banting tulang mengumpulkan uang untuk membeli rumah yang layak dengan luas lahan yang cukup. Seteleh itu rumah direnovasi, diperbaiki, diperbesar dengan menguras keringat lagi. Tapi kita selalu sibuk sehingga rumah yang makin indah dan besar itu tidak bisa kita nikmati lagi.
Ada juga terjadi ketika sedang bekerja di luar rumah, ingin menikmati suasana rumah. Tapi ketika kita sedang di rumah, kita tidak tenang dan gelisah; ingin secepatnya keluar dari rumah. Ketika kita sibuk, muncul keinginan menikmati waktu luang dan ketika waktu luang ada, kita ingin sibuk dan sibuk lagi.
---
Fransiskus Nadeak
4 comments:
Terima kasih. Mulai menyadarkan aq
Sangat membantu...
#Lolita
Terima kasih!
#Marcus
Sama-sama Mas Marcus!
Post a Comment