September 12, 2008

Memilih Calon Legislatif dan Eksekutif


Saat ini adalah masa-masa kampanye. Partai menampakkan dirinya kepada masyarakat lewat spanduk-spanduk, brosur-brosur, gambar-gambar, lembaran-lembaran, stiker, dan macam lagi jenisnya. Yang paling menarik adalah gambar-gambar dan pidato-pidato calon legislatif atau eksekutif.

Gambar-gambar

Cara yang paling mudah agar dikenali masyarakat adalah memajang wajah di billboard di samping jalan besar atau di persimpangan jalan. Sebetulnya tujuannya adalah supaya dikenal, tapi apakah dengan melihat gambar orang-orang yang menjadi calon pemilih bisa mengenal? Sepertinya ini hanya untuk tujuan praktis dan instan.


Sebetulnya agar calon legislatif atau eksekutif dikenal oleh masyarakat, alangkah baiknya mereka sudah dikenal lewat cara yang mulia. Artinya dikenal masyarakat lewat karya-karya yang sudah dilakukan. Yang paling penting adalah yang sudah dilakukan. Jadi masyarakat mengenal calon dengan layak dan semestinya. Sudah ada acuan dan track record-nya.


Mengapa? Jika seperti janji-janji kampanye, "Nanti jika saya terpilih, maka saya akan....". Ini bisa menjadi tanda kebohongan. Apalagi kalau janji-janji yang tidak mungkin dilakukannya sendiri. Seseorang yang memegang jabatan politik, maka sistem yakni hukum dan perundang-undangan mengatur eksekutif atau judikatif untuk melakukan sesuatu program. Maka terlalu banyak hal yang dijanjikan oleh calon legislatif atau eksekutif yang bisa menjadi utopia. Karena program yang dijanjikan sebenarnya sudah agak mustahil untuk dilakukan.


Alangkah baiknya, seseorang calon legislatif atau eksekutif yang ikut dipilih dalam pemilu, dikenal masyarakan pemilih setelah melakukan sesuatu yang membuat masyarakat pantas memilihnya. Artinya, sepatutnya masyarakat mengenal calon karena karya yang sudah ditunaikan. Dengan begitu masyarakat sudah mengetahui kualitas, integritas calon. Artinya karya baik atau mulia yang sudah dilakukan otomatis diketahui, dinilai, dipuji, dan dikenang masyarakat. Karya itu menjadi 'kampanye termulia', di mana masyarkat sudah yakin akan proses dan hasilnya. Tidak ujuk-ujuk, terpampang foto-foto yang dilengkapi dengan nama. Padahal rakyat menjadi kaget tiba-tiba ada tokoh dadakan yang tidak dikenal dalam pengertian yang sebenarnya.

*****

2 comments:

Anonymous said...

Hidup partai,.
terlalu banyak partai yg ga jelas

Anonymous said...

dari bUng Tomi,
caleg sekarang hanya memrlukan rakyat saat pemilu.
Stelah itu mboh, semua dilupakan kecuali anggaran