September 18, 2008

Menerima Tubuh Kita

Saya pernah terkejut melihat foto seseorang gadis di sebuah acara televisi.

Itu terjadi saat saya menonton acara The Oprah Winfrey Show yang menampilkan seorang gadis berusia 21 tahun. Dia sudah lebih daripada 20 kali melakukan operasi pada tubuhnya. Operasi plastik dilakukannya pada beberapa bagian tubuh. Ada yang sudah lebih satu kali pada bagian tubuh yang sama.

Waktu gadis itu ditampilkan dan diajak omong-omong oleh Oprah, dia memang kelihatan cantik. Tapi sepanjang acara dia merasa tidak cukup cantik. Dia kelihatan selalu gelisah dan berkali-kali mencurahkan air mata karena sedih. Sebelum memulai operasi pertama sekali pada bagian tubuhnya, dia merasa sangat tidak cantik. Setelah operasi juga perasaannya sama, sehingga melakukan operasi lagi dan lagi.

Dia sedih karena tidak merasa cantik, dan tidak bisa berhenti untuk melakukan operasi lagi. Dia mengaku seluruh bagian tubuhnya juga sudah mulai kaku. Sehingga gerakannya juga semakin terbatas dan tidak elastis. Saat acara, dia sering menarik-narik napas seperti baru mengeluarkan ingus. Saat itu dia juga bercerita bahwa batang hidungnya sudah seperti kayu. Hidungnya seperti diletakkan atau ditempel saja pada tubuhnya. Dia beberapa kali bersin dan mengaku agak sesak bernapas.

Kembali ke foto yang membuat kaget tadi. Pada bagian penghujung sesi dengan gadis ini, Oprah menampilkan foto terbaru gadis ini tentu setelah operasi lebih daripada dua puluh kali itu. Pipinya dan hidungnya kelihatan agak berkilau seperti lilin. Berikutnya, Oprah menampilkan foto lain gadis ini, di samping foto yang baru tadi. Pemirsa acara dan gadis itu sendiri, termasuk saya kaget dan terpana melihat fotonya sebelum operasi: dia sangat manis dan cantik, bahkan lebih jelita.

Mengapa dia harus mengoperasi plastik bagian-bagian tubuhnya? Dan kalau kita duga, berapa biaya yang sudah dia bayar untuk membiayai operasi plastik yang mahal dan berulang kali ini?

Para wanita sering membenci tubuh mereka, merasa malu terhadap tubuh mereka sendiri. Masyarakat mengajarkan mereka dinilai berdasarkan penampilan mereka. Lingkungan menggembar-gemborkan kecantikan sebagai hal yang paling menentukan hidup wanita. Media massa khusunya televisi menawarkan seluruh produk dan alat-alat kecantikan. Iklan selalu menggoda agar wanita tidak tenang dengan dirinya. Penampilan mereka akan menentukan siapa diri mereka.

Rabi Harold Kushner, yang tinggal di Boston, pernah menanyai seratus orang perempuan dan bertanya bagaimana perasaan mereka tentang penampilan, rambut, dan bentuk tubuh mereka. Kushner menebak 95 sampai 100 orang dari mereka akan mengungkapkan ketidakpuasan.

Akhirnya, Harold Kushner* berkata bernada kritis, tetapi menarik, "Semua industri -- pakaian, kosmetik, parfum, makanan rendah kalori, buku-buku terlaris tentang diet, oprasi plastik, klinik penurunan berat badan -- telah dibangun berdasarkan rasa malu perempuan terhadap penampilan mereka, hingga seseorang pernah berspekulasi bahwa jika seluruh perempuan Amerika bangun setiap pagi dengan perasaan puas terhadap tubuh mereka, maka perekonomian Amerika akan runtuh."

*Harold Kushner, 'How Good Do We Have to Be? A New Understanding of Guilt and Forgiveness'
---
Fransiskus Nadeak

5 comments:

Anonymous said...

Tulisan yang menggugah kesadaran. Kadang memang ga berani kita menampilkan jati diri kita. Ah entahlah...
Lucyana Dewinta

Anonymous said...

Sering memang kita tanpa sadar, mengiyakan bujukan yang ada di tv.
Teria kasih sangat bermanfaat!

Anonymous said...

Ini penyadaran yang bagus.
Tengkyu...

Frans. Nadeak said...

Semoga kita makin menghormati tubuh kita pemberian Yang Maha Baik. Frans. Nadeak

Frans. Nadeak said...

Buat sahabat yang memberi komentar, teristimewa buat Lucyana Dewinta, Bambang S., Romeo;
terima kasih!
Frans. Nadeak