October 6, 2008

Jangan Meremehkan Dirimu

Dalam mengisi liburan Idul Fitri kali ini, saya menyewa beberapa film untuk ditonton. Beberapa film baru, tapi ada juga film yang sudah pernah saya tonton beberapa kali.

Saya tidak menduga, bahwa film favorit yang saya saksikan berkali-kali, setiap saya tonton lagi, selalu ada saja yang terlewat. Seperti gumaman ini, "Wah, (adegan) ini dulu kok enggak ada."

Cukup sering, kita pernah menonton suatu film, setelah beberapa lama, mungkin dalam hitungan tahun, kita lihat dan ingat lagi judulnya, jangankan adegannya yang lupa, bisa sampai jalan cerita pun kita lupa. Mungkin muncul pertanyaan, "Lho film ini sudah pernah saya tonton, tapi mengenai apa ya?"

Saya menetapkan menonton dua film dalam suatu hari. Saya meminjam The Shawshank Redemption dan The Sea Inside (El Mar Adentro). Kedua film ini sama-sama nominasi hadiah Oscar, yang pertama tahun 1994 dan yang kedua tahun 2004. The Shawshank Redemption sudah berkali-kali saya tonton, dan sepertinya akan saya tonton lagi. The Sea Inside, baru saya tonton pertama kali. Sejujurnya, saya sudah beberapa kali membeli video film The Shawshank Redemption yang original. Sengaja memang, karena filmnya luar biasa, dan juga sebagai wujud terima kasih dan penghormatan saya kepada semua kru film itu.

Jadi ketika saya memiliki film itu dalam bentuk DVD yang asli, selalu ada saja yang meminjam lagi, dan dan 'baiknya' lagi, DVD film itu tidak pernah kembali. Jadi memang sepertinya bukan hanya untuk saya, untuk yang meminjam atau menonton film itu, juga luar biasa dan tidak terlupakan sampai lupa mengembalikan.

Entah kebetulan, kedua film itu ada pembicaraan dari satu orang kepada yang lain, "Jangan meremehkan dirimu!" Dalam The Shawshank Redemption, ungkapan itu disampaikan oleh Andy Dufresne kepada Red. Andy Dufresne diperankan Tim Robbins, dan Red oleh Morgan Freeman. Dalam The Sea Inside, disampaikan oleh pengacara berparas cantik Julia kepada Ramon Sampedro. The Sea Inside, film Spanyol (El Mar Adentro) yang berkisah tentang eutanasia. Ramon Sampedro diperankan Javier Bardem, dan Julia oleh Belen Rueda.

Andy Dufresne meneguhkan Red agar memiliki harapan, karena Red sudah dipenjara hampir tiga puluh tahun. Agar kalau dia nanti bebas agar berbuat sesuatu yang baik. Tapi Red tidak pernah berpikir tentang itu, bahkan kebebasan pun tak pernah terlintas dalam pikirannya. Red sudah terbiasa terpenjara. Red menjadi kehilangan harapan, apalagi setelah dua kali ditolak kebebasan bersyaratnya.

Julia menguatkan Ramon karena ketakutannya sendiri. Bahkan Ramon memiliki satu keinginan yang sangat hebat, agar dia mati saja, eutanasia. Julia menambahkan, "Ketakutan adalah senjata yang mematikan. Ketakutan membelengggu kebebasan berpikir. Jangan bertindak atas rasa takut!" Julia memberikan kekuatan agar Ramon memiliki harapan, karena memang Ramon mempunyai bakat yang tidak biasa, ditandai dari puisi-puisi yang dia hasilkan.

Andy menumbuhkan harapan Red, ketika Andy memberikan sebuah harmonika, alat musik yang sangat didambakan Red. Red teringat indahnya kehidupan dulu ketika anak-anak menjelang remaja memainkan harmonika. Dunia begitu indah untuk didiami. Tapi perjalanan hidupnya, mengungkungnya di penjara. Harmonika adalah simbol semangat muda ketika Red memainkannya saat belia. Harmonika ditiupnya dengan lagu-lagu kesayangannya.

Dalam setiap pembicaraannya dengan Red mengandung harapan akan kebebasan. "Red, jika kamu bebas nanti, ....". Bukan hanya menjadi kenyataan, harapan yang selalu dihembuskan Andy, menjadi impian yang terjadi, bahkan Andy dan Red sama-sama bebas dengan caranya masing-masing. Mereka bersatu kembali di 'negeri tanpa kenangan', negeri harapan semasa mereka di penjara, selama puluhan tahun

Kedua film itu mengajarkan kita agar tetap berharap. Mengajari kita agar tidak meremehkan diri sendiri. "Hope, trust, and friendship are among the most powerful of human values."


***
Fransiskus Nadeak
***

No comments: