Dalam pergaulan yang cukup dekat dengan sahabat-sahabat kita, mungkin sekali terjadi pembicaraan-pembicaraan ringan. Mungkin juga terjadi dialog-dialog yang saling menguatkan. Tidak jarang juga terjadi ungkapan-ungkapan yang menarik di mana terjadi perbedaan persepsi. Cukup sering juga terjadi, ketika dalam perjumpaan dengan sahabat-sahabat itu, terdengar suatu ungkapan yang janggal bahkan mungkin tidak benar.
Dalam menghadapi pergaulan seperti ini, ada kemungkinan kita ingin memperbaiki ungkapan yang muncul, karena ungkapan itu mengandung ketidakbenaran. Kondisi seperti inilah waktu yang paling tepat kita menahan diri untuk tidak langsung menyampaikan yang sebenarnya, tentu yang benar menurut pendapat kita, atau setidaknya seperti yang kita ketahui.
Beberapa kali terjadi persepsi atau kepercayaan seorang sahabat kita yang kelihatannya keliru, tapi dia mempercayai betul tentang itu. Bahkan seperti mitos atau takhayul, sangat sulit menghilangkannya dalam diri pribadi seseorang. Dalam keadaan normal saja, orang yang ingin mendalami sesuatu agar mendapat pencerahan yang diharapkan atas kepercayaan-kepercayaan yang selama ini dipegangnya, masih sulit untuk mengubahnya. Apalagi seseorang yang tidak ada keinginan secara terbuka menyelidiki apa yang dipercayainya, kemungkinan besar dia akan sangat sulit menerima hal-hal yang lebih bisa dipercaya atau yang lebih benar.
Saat seperti ini, kebenaran yang kita sampaikan melalui pengetahuan kita, akan sangat sulit dia terima. Pengetahuan yang kita sampaikan, karena kondisi seseorang yang belum terbuka, atau membuka diri, membuat dirinya sangat enggan bahkan tidak bisa melihat dengan pandangan yang lebih jernih. Karena pendidikan, kultur, pengalaman hidupnya seseorang bisa sangat tertutup kepada hal-hal yang seperti 'menyelidiki' keyakinan-keyakinan yang digenggamnya.
Saat seperti inilah sebenarnya pengetahuan itu mengambil tempatnya untuk mencerahkan kegelapan, ketidaktahuan, dan kesimpangsiuran yang selama ini kita alami. Tapi saat seperti ini juga kita memerlukan kerendahan hati untuk menahan diri menyampaikan kebenaran itu, walaupun seharusnya itulah yang kita sampaikan. Bukan karena kita takut tapi, mungkin saatnya pencerahan itu mungkin untuk kita dulu, belum saatnya untuk sahabat-sahabat kita. Saat menahan saja, sudah menjadi merupakan situasi pencerahan bagi jiwa kita. Semoga suatu saat kita semakin tercerahkan lagi, demikian juga dengan orang lain.
No comments:
Post a Comment