November 7, 2008

Tentang Menulis

"I never know what I think about something until I read what I've written on it."
- William Faulkner

Setelah saya menulis tentang Obama yang terpilih menjadi presiden Amerika Serikat, beberapa teman diskusi dengan saya.

Diskusinya sangat menarik. Bahasannya bukan lagi tentang Obama, Amerika, perekonomian dunia, perubahan, atau tentang anggapan orang-orang yang awalnya skeptis tentang presiden Amerika yang berkulit hitam. Diskusinya tidak khusus mengenai tulisan saya itu. Tulisan itu hanya pemicu menjadi bahan diskusi. Diskusinya tentang menulis.

Sebenarnya diskusi biasa, tapi muncul pernyataan-pernyataan yang janggal. Seorang teman berkata begini, "Saya tidak mau membaca tulisan yang hanya menyampaikan yang biasa-biasa. Saya tidak mau membaca tulisan yang sudah diketahui masyarakat. Dan karena hal-hal seperti inilah maka saya enggan membaca, dan akhirnya tidak mau membaca buku. Saya mau membaca kalau misalnya, pendapat atau cerita seseorang sebelum peristiwa itu terjadi."

Dia menyambung, "Sebagai contoh, Obama. Banyak orang menulis tentang Obama, mulai dari masa kecil, perkembangannya, hidupnya perjuangannya sampai dia terpilih menjadi presiden. Bagi saya itu sesuatu yang biasa. Saya mau membaca jika tulisan itu dibuat sebelum Obama menjadi presiden. Bisa tentang dugaannya, atau prediksinya tentang Obama dan terjadi. Atau saya tertarik hanya kepada opini yang eksentrik dan menghebohkan"

Bagi saya, muncul pertanyaan, "Untuk apa sebenarnya menulis?" Pernyataan teman yang sebelumnya, adalah kesukaan salah satu jenis isi tulisan atau buku. Dan sebenarnya, kita kehilangan banyak peristiwa atau hal-hal yang mungkin terjadi dulu, tapi karena tidak dituliskan atau diceritakan lewat tulisan atau lisan, peristiwa itu menjadi hilang dari pengetahuan.

Katanya, untuk mengetahui bagaimana kehidupan umum masyarakat Inggris pada abad ke-18, bacalah novel karya-karya Jane Austen (16 December 1775 – 18 July 1817). Novelnya yang sangat populer adalah 'Sense and Sensiblility' dan 'Pride and Prejudice'. Novel-novelnya itu juga sudah dibuatkan menjadi film dengan judul yang sama.

Mengapa novel-novelnya menjadi rujukan untuk mengetahui kehidupan masyarakat Inggris abad ke-18? Jawaban yang pasti: karena Jane Austen menuliskannya. Novelnya bisa menjadi semacam buku sejarah.

Lalu apa hubungannya novel Jane Austen dengan topik awal tadi? Dari pernyataan teman tadi, bahwa dia mau membaca kalau bisa memprediksi sesuatu dan sesuatu itu terjadi. Atau tulisan yang membuat heboh.

Padahal, mungkin pada awalnya, novel Jane Austen, adalah hal biasa menceritakan ikhwal kehidupan saat itu, dan pembacanya adalah orang-orang sezaman. Tapi bagaimana dengan warga Inggris atau kita yang hidup di zaman sekarang? Novel Austen, bukan lagi hanya sebagai novel tapi semacam petunjuk kitab acuan atau bahkan kitab sejarah yang sangat penting dan menentukan.

Jadi, menulis sesuatu, apa pun itu pasti sangat bermanfaat. Jangankan bagi penulisnya, mungkin bagi pembaca, atau siapa saja yang punya akses terhadap tulisan itu. Bahkan ada yang mencari lagi tulisan atau coret-coretan apa saja yang pernah dibuat seseorang karena seseorang itu rupanya pemikir tajam atau penulis hebat atau ilmuwan luar biasa.

Frans. Nadeak

No comments: