December 10, 2008

Menjadi Diri Sendiri

Saya sering mengingat ucapan dari seseorang kepada orang lain yang intinya menggugah kepercayaan diri. Ketika orangtua memberangkatkan anaknya merantau, sering juga titipannya berupa nasihat dan petuah-petuah lain.

Orangtua menasihatkan sesuatu kepada anaknya yang mau berangkat, tentu biasanya ke tempat yang secara geografis jauh, tapi yang lebih utama adalah karena di tempat baru yang hendak dituju, sangat berbeda kultur.

Ada ungkapan, "Jadilah dirimu sendiri!". Tapi saya sering merenungkan ungkapan yang hebat ini. Menjadi diri sendiri, ya, menjadi diri sendiri.

Permenungan saya adalah kira-kira seperti beberapa hal berikut. Apa artinya menjadi diri sendiri? Atau, diri sendiri yang bagaimana? Mungkin lebih detail, apa yang harus diketahui dan dipahami oleh seseorang agar dia bisa menjadi dirinya sendiri?

Dalam permenungan saya, agar seseorang bisa menjadi diri sendiri, setidaknya dia harus memahami diri sendiri. Pemahaman seseorang akan dirinya mencakup, perasaan, persepsi, kepercayaan, dan nilai akan dirinya sendiri.

Satu hal yang penting. Jika kita selalu membawa diri kita agar sesuai dengan harapan orang lain, dengan sendirinya kita akan semakin jauh dari diri sendiri. Jika kita hidup hanya untuk menyenangkan orang lain, berarti kita juga tidak akan menjauh dari diri sendiri.

Belum lagi ketidakpuasan kepada diri sendiri. Jika kita tidak bisa menerima penampilan kita, mungkin gaya rambut, warna kulit, bentuk tubuh, berat badan, bahkan posisi susunan gigi kita, akan sangat sulit menjadi diri kita sendiri. Kita akan membawakan diri kita sebagai orang yang gaya rambutnya seperti model, kulit yang halus seperti iklan kosmetik, bentuk tubuh seperti model di catwalk, karena kita belum bisa menerima yang ada pada kita.

François de La Rochefoucauld pernah berkata, "A man who finds no satisfaction in himself, will seek for it in vain elsewhere." Bagaimana mungkin menjadi diri sendiri, jalau hidup membawakan diri orang lain?

Menjadi diri sendiri, mengandaikan dalam segala hal memiliki penilaian sendiri. Dia memiliki nilai-nilai yang sangat kuat. Dengan nilai yang kuat ini, dia juga perlu mengetahui nilai atau pengetahuan lain. Dengan referensi yang beragam dan luas, maka memperluas kemampuan dan cakrawala untuk menilai, memutuskan dan membuat aksi dan tindakan sendiri.

Dalam kondisi yang seperti inilah seseorang bisa menuju dan menjadi dirinya sendiri.

No comments: