"Children smile 400 times a day on average...
.... adults 15 times.
Children laugh 150 times a day...
... adults 6 times per day.
Children play between 4-6 hours a day ...
... adults only 20 minutes a day.
What's happened?"
- Robert Holden
Pagi ini saya melihat banyak anak-anak dengan segala kepolosan, dengan segala keceriaan, dengan gelak tawa yang sangat khas.
Anak-anak selalu inpirasi ketenangan. Suara anak-anak juga sangat menenangkan. Bahkan konon, untuk memudahkan tidur, dengarlah paduan suara anak-anak.
Itulah kehebatan anak-anak. Tapi jiwa anak-anak semakin hilang dari diri kita. Mungkin juga kita lupa bahwa kita pernah menjadi anak-anak dahulu.
Sambil merenung, saya teringat perjalanan pagi dari Kabanjahe menuju Pematang Siantar.
Saat itu, kami bertiga berangkat ke Pematang Siantar dari Kabanjahe. Acara di Pematang Siantar adalah agenda pertemuan jam 9 pagi. Jadi daripada bermalam di Pematang Siantar jika berangkat sehari sebelumnya, maka kami berangkat hari itu juga, pagi-pagi.
Saat itu perjalanan dari Kabanjahe sampai Merek, tergolong cepat laju kendaraan, karena kondisi jalan relatif mulus. Mulai dari Merek ke persimpangan daerah wisata Sipiso-piso, mulailah jalan tidak mulus lagi.
Mungkin karena terbawa laju kendaraan sebelumnya, kendaraan kami yang disupiri oleh seorang teman, juga masih terasa tidak berkurang kecepatannya.
Beberapa kali, klakson dibunyikan dengan keras. Karena kondisi jalan-jalan juga tertutup semak, bahkan rumput yang sudah tumbuh tinggi.
Sering anak-anak, menyeberang tiba-tiba, karena tepi jalan sudah penuh dengan tumbuhan-tumbuhan yang sepertinya sudah lama tidak digunting atau ditebang. Sejujurnya, anak-anak tidak menyeberang tiba-tiba, hanya karena kondisi jalan yang seperti itu, anak-anak tidak tampak dari jauh, walaupun berdiri di pinggir jalan.
Ketika beberapa kali menyerempet anak-anak. Saya merasa was-was akan bahaya yang akan muncul. Tampak, ada anak-anak yang tidak berpakaian sekolah.
Rupanya, teman seperjalanan yang satu lagi merasakan hal yang sama. Perasaan bahaya bagi jiwa anak-anak.
Dia berkata kepada supir, "Pak, mohon lebih lambat dan pelan, mereka juga anak-anak kita!"
Saat itu, teman supir lalu seperti tersadarkan, "Iya, betul. Saya hampir lupa. Mereka memang anak-anak kita juga."
Frans. Nadeak
1 comment:
Cerita biasa yang mengandung arti yang lebih menyadarkan. Sering memang ketika kita mau mencapai sesuatu (kota tujuan), kita lupa untuk apa kita ke tujuan itu.
Terima kasih cerita singkat, saya hanya pernah ke Berastagi, Sumut.
Post a Comment