Saya teringat dengan sebuah syair Robert Frost, The Road Not Taken. Selalu, jika mengingat syair, terbayang akan ketidakmampuan saya 'melihat' apa yang dapat 'dilihat' oleh para penyair. Terbayang juga akan sebuah buku yang berisi syair yang ditulis Subagio Sastrowardoyo, 'Dan Kematian Makin Akrab'. Itulah judul bukunya, yang diambil dari salah satu syair atau sajaknya.
Robert Frost, penyair yang selalu menggugah inspirasiku, terutama The Road Not Taken itu. Saya selalu berimajinasi dan berpikir misalnya, bagaimana Frost bisa menuliskan syair seperti itu? Mengapa dia menuliskan itu?
Pertanyaan sejenis masih banyak melintas dalam bayangan dan pikiranku.
Khusus The Road Not Taken, ada bayangan saya seperti ini. Misalnya kita dalam kehidupan ini, lebih spesifik misalnya mau melakukan sebuah perjalanan.
Maka saya mencari-cari informasi, tanya sana sini, mungkin browsing di internet, atau mencoba mengikuti perjalanan orang lain yang kata orang lain itu sangat menarik.
Muncul pertanyaan dalam hati. Jika saya ambil misalnya rute perjalanan yang diambil orang itu, berarti saya hanya mengikuti apa yang sudah dilakukan orang lain. Memang walaupun mengikuti rute itu, tetap saja sebetulnya pengalaman saya berbeda dengan pengalaman orang lain yang mengikuti rute yang sama.
Dalam syair, Frost melihat-lihat dulu, juga sepertinya juga menimbang-nimbang arah perjalanannya. Dia melihat jalan sana, "Oh, begitu!" Dia melihat jalan yang lain, "Oh, mungkin seperti itu!"
Maka dia menuliskan,
"Kujalani jalan yang tidak diambil orang lain,
dan kutahu,
itulah bedanya."
No comments:
Post a Comment