February 18, 2009

Saya Ingin Menulis Hari Ini

Entahlah, karena cuaca panas atau hal lain, saya ingin menuliskan sesuatu hari ini. Terus terang, saya tidak tahu persis mau menuliskan apa. Yang jelas, dalam hatiku hari ini selalu ada dorongan, "Tulislah sesuatu!".

Apa yang hendak saya tulis? Cukupkah hanya mengandalkan dorongan? Sekali lagi, saya tidak tahu. Tapi saya coba menulis saja.

Kalau saya lihat tulisan seseorang misalnya di majalah atau di sebuah situs, terkadang tulisan-tulisan yang ada hanya menyampaikan sesuatu yang mungkin biasa saja, tapi kalau saya cermati lagi dengan lebih serius, sesuatu, apa pun itu, jika sudah dituliskan, akan menghasilkan sesuatu yang lain.

Walaupun mungkin begitu sederhana, tapi saya selalu mengucap syukur jika seseorang menuliskan sesuatu.

Maka, saya mencoba melihat-lihat ungkapan yang memberi semangat tentang menulis. Semangat bukan untuk tujuan karya yang sangat luar biasa. Saya hanya mencoba mendapatkan semangat untuk bisa merealisasikan keinginan saya yang muncul hari ini.

Saya menemukan ungkapan yang memberi semangat itu. Bahkan ada beberapa ungkapan singkat. Dengan tambahan motivasi saya dapat membuka blog ini, mencoba menekan keyboard dan mulai menuliskan sesuatu.

Ingin saya sampaikan kepada diri saya ungkapan itu dalam bentuk tulisan. Untuk diri saya? Yup, betul, tidak ada salahnya menyemangati diri bukan? Itulah yang saya pikirkan.

Maka saya akan mengingat tulisan yang menyemangatiku hari ini:

"Bahan mentah karya-karya besar hanyut mengapung mengitari dunia, menunggu untuk dibungkus dengan kata-kata."
- Thornton Wilder

"Kata-kata adalah pakaian yang dikenakan pikiran."
- Samuel Butler

"Ketika kamu bicara,
kata-katamu hanya bergaung ke seberang ruangan atau di sepanjang koridor.
Tapi,
ketika kamu menulis,
kata-katamu bergaung sepanjang zaman
."
- Bud Gardner

Khusus quote yang terakhir, saya agak ngeri dan tertegun membaca ini, karena kebenarannya.

February 5, 2009

Freakonomics dan Biaya Kampanye Caleg

Saya baru saja membaca Freakonomics, karya Steven D. Levitt dan Stephen J. Dubner. Sesuai judulnya, buku ini memang menarik, menampilkan keganjilan-keganjilan yang tampaknya biasa tapi menimbulkan kegoncangan tersendiri bagi pembacanya.

Levitt, seorang ekonom, penerima John Bates Clark Medal tahun 2003. John Bates Clark Medal diberikan kepada ekonom berusia di bawah 40 tahun, yang memberikan sumbangan signifikan dalam pemikiran dan pengetahuan (ilmu) ekonomi.

Beberapa penerima John Bates Clark Medal adalah:
Paul A. Samuelson (1947), menerima hadiah Nobel Ekonomi 1970
Milton Friedman (1951), (1976)
Joseph E. Stiglitz (1979), (2001)
A. Michael Spence (1981), (2001)
Paul R. Krugman (1991), (2008)
Lawrence H. Summers (1993).

Sedangkan Dubner seorang jurnalis New York Times.

Judul bukunya yang lebih lengkap Freakonomics: A Rogue Economist Explores the Hidden Side of Everything. Dalam bahasa Indonesia, diterbitkan Gramedia Pustaka Utama dengan Freakonomics: Ekonom "Nyeleneh" Membongkar Sisi Tersembunyi dalam Segala Hal.

Walaupun buku ini membahas beberapa hal sisi yang tesembunyi itu, saya tergelitik dengan perhatian dan pengamatannya. Saya ambil satu contoh pengamatannya yang sungguh menarik, yang mungkin bagi kebanyakan orang jarang terpikirkan.

Saya ambil pengamatan tentang kampanye dan biaya yang dikeluarkan oleh caleg.

Di kota tempat saya tinggal sekarang, terlalu banyak gambar calon legislatif (caleg) di pinggir jalan. Kadang saya tertawa dan gembira melihat situasi ini. Bagaimana semangatnya para caleg memperkenalkan dirinya kepada masyarakat. Saya punya dugaan, bahwa setiap caleg yang memasang gambar bahkan baliho besar di persimpangan jalan merasa yakin dia akan lolos menjadi caleg. Tapi mungkin saja dugaan saya itu keliru.

Adakah kemungkinan bahwa para caleg itu tidak yakin untuk lolos menjadi anggota legislatif? Saya kira mungkin saja caleg itu tidak yakin dia akan lolos. Mungkin saja, minimal dia pernah (terdaftar) menjadi caleg.

Lalu bagaimana dengan yang memasang spanduk dan baliho yang bertebaran di pinggir jalan bahkan ada yang sangat besar dan mengundang mata untuk melihatnya? Mungkin juga caleg itu tidak yakin tidak lolos, tapi berusaha lolos dengan melakukan usaha maksimal. Mungkin saja tujuannya adalah kalau tidak lolos, jadi dikenal oleh masyarakat, kalau tidak pemilu kali ini, ya kali berikutnya. Walaupun istilah 'dikenal' pun masih harus dipertajam lagi.

Bagaimana pula dengan uang yang sudah dikeluarkan untuk sosialisasi atau kampanye ini? Pertanyaan inilah sala salah satu ide yang saya kutip dari buku Freakonomics:

"Salah satu aksioma mengenai politik, satu hal yang dianggap benar adalah: uang membeli suara. ... Kebanyakan orang akan setuju bahwa uang memengaruhi pemilihan dan terlalu banyak uang yang dikeluarkan untuk kampanye politik.
Memang benar bahwa data pilkada menunjukkan kandidat yang banyak mengeluarkan uang dalam kampanye biasanya menang. Namun apakah uang menjadi penyebab kemenangan?
Tampaknya logis untuk berpikir demikian, sama halnya logis untuk memahami bahwa ekonomi yang 'meledak' tahun 1990-an membantu mengurangi tingkat kriminalitas.
Namun hanya karena dua hal saling berkolerasi tidak berarti bahwa yang satu menyebabkan yang lainnya."

February 2, 2009

Tindakan Berani

Beberapa hari terakhir, saya mengunjungi Facebook. Tidak seperti situs pertemanan yang lain, Facebook, manampilkan sesuatu yang selalu unik.

Unik, terutama menyangkut foto zaman dulu, terlebih komentar-komentar tentang foto itu. Jika dalam foto itu tergambar banyak orang, maka akan semakin banyak orang yang terlibat langsung dengan foto. Jika dikomentari terutama oleh orang yang ada gambarnya di sana, maka akan kelihatan bahwa peristiwa-peristiwa yang dulu yang asli merupakan sesuatu yang sangat menarik.

Biasanya, foto-foto yang melibatkan banyak teman-teman misalnya foto zaman SD, SMP, SMA atau saat mahasiswa atau foto sebuah momen perjalanan akan mengingatkan kita akan kisah yang akan langsung mengembalikan kita dengan kejadian itu.

Yang paling seru adalah jika kita melakukan tindakan yang tidak biasa dan terekam oleh kamera. Foto inilah yang bisa menjadi ingatan atau inspirasi. Ada juga komentar seseorang terhadap sebuah foto, "Berarti, kamu seorang pemberani dulu ya?" Bukan hanya orang lain, mungkin kita sendiri pun tidak ingat atau tidak menyadari pernah melakukan aksi atau gaya tertentu, seperti yang ada dalam foto.

Komentar itu memang mungkin tidak tepat sekali, tapi kalau kita ingat lagi, masa kita yang lalu, mungkin saja kita melakukan sesuatu yang berani, yang tidak mau kita lakukan lagi.

Jadi lakukan saja kini tindakan yang courageus, karena tindakan itu akan menjadi kenangan dan inspirasi di masa depan.

Tindakan berani kita bisa membuktikan, bahwa kita sebenarnya tidak tergolong penakut.

Frans. Nadeak