March 30, 2009

Nyepi dan Tindakan Kreatif

Bulan Maret ini ada sebuah hari libur, Nyepi. Nyepi, hari yang sangat penting bagi saudara-saudaraku yang menganut Hindu. Di kalender di meja saya tertulis, "26 Maret: Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1931".

Selama Nyepi ini, saya juga berusaha untuk mengurangi aktivitas yang mengandalkan mobilisasi fisik. Sebelumnya saya sudah niatkan untuk membaca sebuah buku yang menarik, kalau sehari itu tidak selesai membaca seluruh isi buku itu, saya akan melanjutkannya esoknya, atau esoknya lagi yang juga hari libur dari pekerjaan rutin.

Untuk beberapa sahabatku yang memeluk Hindu, saya sampaikan salam Nyepi. Walaupun tidak langsung menyampaikannya, tapi dalam hati saya ada kerinduan dan semacam rasa penyatuan pikiran akan peristiwa yang agung ini.

Ide

Kembali ke niat membaca buku tadi. Saya coba cari buku apa saja pasti (bukan penting) menarik. Seperti terjadi sinkronisitas, saya menemukan buku yang menarik itu. Judulnya How to Get Ideas, karya Jack Foster.

Selama membaca buku ini, Foster menyampaikan pesan-pesan yang biasa tapi disampaikannya menarik. Beberapa hal yang disampaikannya, rupanya sering saya alami sendiri. Saya semakin sadar bahwa memang yang saya alami itu adalah mengarah kepada kesamaan hal-hal yang disampaikannya.

Buku ini terutama juga menyampaikan banyak hal tentang kreativitas. Ada kreativitas untuk penemuan, juga ada kreativitas dalam penulisan. Beberapa hal yang menarik akan saya tuliskan bahkan beberapa saya kutip dari buku ini:

1. Arthur Koestler dalam The Act of Creation, seperti dikutip Jack Foster berkata, "Tindakan kreatif tersebut menyingkap, menyeleksi, mengubah susunan, menggabungkan, mensintesis fakta-fakta, ide-ide, keahlian, dan ketrampilan yang sudah ada."

2. Gary Zukav dalam The Dancing Wu Li Masters, seperti dikutip Jack Foster berkata, "Orang-orang yang sebagian besar telah merasakan kegembiraan dari proses kreatif adalah orang yang dengan sangat baik telah melepaskan ikatan-ikatan yang sudah diketahui dan berkelana jauh ke dalam wilayah yang belum tereksplorasi yang terletak di luar batas rintangan yang sudah jelas."

3. Jack Foster menyampaikan hal tentang 'kebutuhan untuk mengetahui'. Foster berkata, "Jika Anda tidak memiliki suatu keingintahuan alamiah yagn memaksa Anda untuk mengakumulasi serpihan-serpihan pengetahuan Anda, Anda harus memaksa diri Anda sendiri."

4. Joseph Heller seperti dikutip Foster, "Ada sebuah esai karya T. S. Eliot, di mana dia memuji disiplin-disiplin menulis, yang mengatakan bahwa jika seseorang dipaksa untuk menulis dalam suatu kerangka kerja tertentu, imajinasi tersebut dibebani sampai puncaknya, akan menghasilkan ide-ide yang kaya."

5. "Kebesaran para filsuf, tercapai sebagian besar bukan karena menemukan jawaban-jawaban yang tepat, tetapi karena mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat." Foster mengutip tulisan Arthur Koestler.

6. Ketika Eric Hoffer ditanya tentang bagaimana Hoffer melakukan riset untuk buku-bukunya dan bagaimana dia mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk aktivitas intelektualnya, Jack Foster menuliskan , bahwa dia tidak ingat tepat apa yang dikatakan Hoffer, tapi intinya adalah bahwa Hoffer berkata bahwa dia memikirkan persoalan itu dengan keras dan berkesinambungan, dan berbagai akibat dari aktivitas semacam itu, informasi tentang persoalan itu datang padanya.

7. Ini yang paling menarik. Kutipan Foster dari tulisan Thomas Mann, "Jika Anda terposesifkan oleh sebuah ide, Anda akan menemukan ide itu dikemukakan di mana-mana, Anda bahkan menciumnya."

March 5, 2009

Humor dan Cincin Perkawinan

"Marriage is a three ring circus:
engagement RING,
wedding RING,
suffeRING."
- saya kutip dari tulisan Chuck Gallozzi

Suatu sore, saya menuliskan sesuatu yang menarik di Facebook, tag seperti di atas "Marriage is a three ring circus: engagement RING, wedding RING, suffeRING."

Tulisan itu cepat dibaca orang-orang yang menjadi sahabat di Facabook. Beberapa saat setelah saya publish, terjadilah beberapa hal yang menarik. Yang pertama adalah bahwa bagi saya ungkapan yang saya kutip itu adalah bernuansa humor.

Tapi langsung ada yang mengirim short message service (SMS) kepada saya dengan pertanyaan, "Pandangan Anda seperti ini?". Kemudian beberapa saat, saya mendapat SMS lagi, "Sejak kapan Bapak berpandangan seperti ini?"

Kemenarikan yang kedua adalah bahwa saya mengutipnya dari tulisan Chuck Gallozzi, dari situs favorit saya juga yang ingin menyebarkan 'personal development'. Kalau mau baca ada pada http://personal-development.com/chuck/marital-difficulties.htm. Gallozzi menuliskannya justeru tentang kesulitan pernikahan yang terjadi bagi banyak pasangan dan harapannya agar suffeRING itu tidak terjadi.

Kemenarikan yang ketiga adalah bahwa tulisan itu memang bernada humor karena pilihan kata yang menarik, yang berakhir dengan kata yang tak terduga, 'suffeRING' bahkan ada sahabat yang menambahkan satu kata 'boRING'.

Jadi, tulisan ini bukanlah semacam pembelaan atau mempertahankan sesuatu. Apalah yang harus dibela atau dipertahankan dari sebuah humor, kecuali menyebarluaskannya? Memang tidak segala humor yang perlu disebarluaskan. Kadang-kadang humor yang rasialis, berbau seksual, diskriminatif, bahkan mengkhianati kemuliaan fisik, mungkin tidak menarik bahkan tidak perlu dilestarikan. Tapi marilah kita lihat ungkapan awal itu.

Memang kalimat itu seperti mengada-ada, tapi sebenarnya kalimat itu menjadi lucu di samping karena diksi yang menarik, juga karena memang mengandung kebenaran.

Sering kelucuan itu terjadi karena kebenarannya, tapi kebenaran itu jarang kita perhatikan atau kadang-kadang kita tidak mengakuinya.

Jadi, saya menuliskan ini semacam untuk memperpanjang kelucuan akan kebenaran yang terjadi.

Perkawinan yang Menjadi Penderitaan

Saya mendapati bahwa cukup banyak pasangan yang mengalami perkawinan tidak sebahagia banyangannya. Mungkin karena pasangannya tidak sesuai harapannya, mungkin karena mengingkar janji, mungkin karena berkhianat, mungkin juga pasangannya yang awalnya 'normal' semakin lama menjadi manusia kejam.

Saya mendampingi sebuah keluarga yang memang mengalami perkawinannya berujung pada penderitaan.

Memang harapan pasangan yang menikah, bahwa perkawinannya akan membawa ketenteraman dan kebahagiaan. Itu sangat betul. Memang sebaiknya demikian. Tapi, apakah semua perkawinan berakhir dengan indah? Kita harus jujur mengakui, tidak semuanya indah dan tidak semuanya berakhir bahagia.

Sebuah ungkapan menarik kita ambil dari Malcolm Gladwell dalam bukunya Blink. Ketika pasangan Sue dan Bill bertengkar karena masalah anjing, muncul pertanyaan, 'Apakah hubungan mereka sehat atau sebaliknya?' Memang perbincangan atau tepatnya pertengkaran itu memang cuma sebentar, tapi justeru itulah yang mau diamati oleh Gladwell. Bagaimana mengambil sesuatu yang sangat penting dari informasi yang sangat sedikit atau dari momen yang sangat sempit? Gladwell menuliskan, "Perkawinan melibatkan banyak hal lain yang lebih penting, misalnya, uang, seks, anak-anak, pekerjaan, dan mertua, dengan kombinasi-kombinasi yang terus berubah. Kadang-kadang suami isteri bisa merasakan kebersamaan yang sangat membahagiakan. Kadang-kadang mereka bertengkar. Kadang-kadang mereka merasa seperti ingin saling bunuh...."

Pernyataan Gladwell sangat realis menggambarkan situasi sebuah perkawinan. Memang tidak semua perkawinan seperti itu, dan memang orang menikah bukan untuk bertengkar atau untuk menderita. Tapi kehidupan berjalan dengan pengalaman yang berbeda bagi berbagai pasangan yang telah menikah yang idamannya adalah kebahagiaan.

Sekali lagi, pengalaman hidup kita atau orang lain bisa menjadi hal lucu. Jika kita bisa melihat kelucuannya, dan juga karena kebenaran yang tidak diharapkan. :-))