"Marriage is a three ring circus:
engagement RING,
wedding RING,
suffeRING."
- saya kutip dari tulisan Chuck Gallozzi
Suatu sore, saya menuliskan sesuatu yang menarik di Facebook, tag seperti di atas "Marriage is a three ring circus: engagement RING, wedding RING, suffeRING."
Tulisan itu cepat dibaca orang-orang yang menjadi sahabat di Facabook. Beberapa saat setelah saya publish, terjadilah beberapa hal yang menarik. Yang pertama adalah bahwa bagi saya ungkapan yang saya kutip itu adalah bernuansa humor.
Tapi langsung ada yang mengirim short message service (SMS) kepada saya dengan pertanyaan, "Pandangan Anda seperti ini?". Kemudian beberapa saat, saya mendapat SMS lagi, "Sejak kapan Bapak berpandangan seperti ini?"
Kemenarikan yang kedua adalah bahwa saya mengutipnya dari tulisan Chuck Gallozzi, dari situs favorit saya juga yang ingin menyebarkan 'personal development'. Kalau mau baca ada pada http://personal-development.com/chuck/marital-difficulties.htm. Gallozzi menuliskannya justeru tentang kesulitan pernikahan yang terjadi bagi banyak pasangan dan harapannya agar suffeRING itu tidak terjadi.
Kemenarikan yang ketiga adalah bahwa tulisan itu memang bernada humor karena pilihan kata yang menarik, yang berakhir dengan kata yang tak terduga, 'suffeRING' bahkan ada sahabat yang menambahkan satu kata 'boRING'.
Jadi, tulisan ini bukanlah semacam pembelaan atau mempertahankan sesuatu. Apalah yang harus dibela atau dipertahankan dari sebuah humor, kecuali menyebarluaskannya? Memang tidak segala humor yang perlu disebarluaskan. Kadang-kadang humor yang rasialis, berbau seksual, diskriminatif, bahkan mengkhianati kemuliaan fisik, mungkin tidak menarik bahkan tidak perlu dilestarikan. Tapi marilah kita lihat ungkapan awal itu.
Memang kalimat itu seperti mengada-ada, tapi sebenarnya kalimat itu menjadi lucu di samping karena diksi yang menarik, juga karena memang mengandung kebenaran.
Sering kelucuan itu terjadi karena kebenarannya, tapi kebenaran itu jarang kita perhatikan atau kadang-kadang kita tidak mengakuinya.
Jadi, saya menuliskan ini semacam untuk memperpanjang kelucuan akan kebenaran yang terjadi.
Perkawinan yang Menjadi Penderitaan
Saya mendapati bahwa cukup banyak pasangan yang mengalami perkawinan tidak sebahagia banyangannya. Mungkin karena pasangannya tidak sesuai harapannya, mungkin karena mengingkar janji, mungkin karena berkhianat, mungkin juga pasangannya yang awalnya 'normal' semakin lama menjadi manusia kejam.
Saya mendampingi sebuah keluarga yang memang mengalami perkawinannya berujung pada penderitaan.
Memang harapan pasangan yang menikah, bahwa perkawinannya akan membawa ketenteraman dan kebahagiaan. Itu sangat betul. Memang sebaiknya demikian. Tapi, apakah semua perkawinan berakhir dengan indah? Kita harus jujur mengakui, tidak semuanya indah dan tidak semuanya berakhir bahagia.
Sebuah ungkapan menarik kita ambil dari Malcolm Gladwell dalam bukunya Blink. Ketika pasangan Sue dan Bill bertengkar karena masalah anjing, muncul pertanyaan, 'Apakah hubungan mereka sehat atau sebaliknya?' Memang perbincangan atau tepatnya pertengkaran itu memang cuma sebentar, tapi justeru itulah yang mau diamati oleh Gladwell. Bagaimana mengambil sesuatu yang sangat penting dari informasi yang sangat sedikit atau dari momen yang sangat sempit? Gladwell menuliskan, "Perkawinan melibatkan banyak hal lain yang lebih penting, misalnya, uang, seks, anak-anak, pekerjaan, dan mertua, dengan kombinasi-kombinasi yang terus berubah. Kadang-kadang suami isteri bisa merasakan kebersamaan yang sangat membahagiakan. Kadang-kadang mereka bertengkar. Kadang-kadang mereka merasa seperti ingin saling bunuh...."
Pernyataan Gladwell sangat realis menggambarkan situasi sebuah perkawinan. Memang tidak semua perkawinan seperti itu, dan memang orang menikah bukan untuk bertengkar atau untuk menderita. Tapi kehidupan berjalan dengan pengalaman yang berbeda bagi berbagai pasangan yang telah menikah yang idamannya adalah kebahagiaan.
Sekali lagi, pengalaman hidup kita atau orang lain bisa menjadi hal lucu. Jika kita bisa melihat kelucuannya, dan juga karena kebenaran yang tidak diharapkan. :-))
No comments:
Post a Comment