Dua hari lalu, saya teringat kembali waktu awal-awal belajar bahasa Inggris, khususnya tentang angka atau penomoran. Teringat akan lebih banyak angka yang harus dihapal. Penamaan atau penyebutan angka dalam bahasa Inggris tidak seperti bahasa Indonesia. Mungkin ada kesulitan seperti dalam bahasa Indonesia, tapi lebih banyak lagi dalam bahasa Inggris khusunya pada huruf yang tidak mengkuti pola tertentu.
Ide ini terbersit lagi setelah membaca karya Malcolm Gladwell, "Outliers: The Story of Success".
Penamaan atau penyebutan angka dalam bahasa Inggris, mempunyai kesulitan tersendiri. Kesulitan itu muncul pada angka-angka belasan: 11, 12, 13, 14, s.d. 19. Dan ini tidak sedikit, karena akan terjadi untuk bilangan yang lebih besar lagi, yang angkanya berakhir dengan belasan itu.
Seperti kata Gladwell, dalam Bahasa Inggris, mereka mengatakan: 'fourteen', 'sixteen', 'eighteen', dan 'nineteen', jadi mungkin juga orang menduga kalau ada: 'oneteen', 'twoteen', 'threeteen', dan 'fiveteen'. Tetapi ternyata tidak begitu. Mereka menggunakan bentuk yang berbeda: 'eleven', 'twelve', 'thirteen', dan 'fifteen'. Mereka pun mempunyai nomor seperti 'forty'.
Mirip seperti Bahasa Indonesia, untuk angka belasan mereka menggunakannya secara terbalik: 'fourteen', 'seventeen', 'eighteen'.
Kesulitan akan semakin banyak terjadi untuk pemeringkatan, misalnya saja: 21th (twenty-first), 32nd (thirty-second) dan banyak lagi.
Menurut Gladwell, sistem penomoran dalam bahasa Inggris sangat unik. Tidak seperti halnya di Cina, Jepang, dan Korea. Mereka memiliki sistem perhitungan yang logis. Sebelas adalah sepuluh-satu. Dua belas adalah sepuluh-dua.
Sistem ini sama dengan bahasa Batak. 11 dibaca atau diucapkan sampulu-sada, 12 sampulu dua, 17 sampulu pitu.
Menurut Gladwell lagi, anak Cina berusia empat tahun bisa menghitung rata-rata sampai empat puluh. Anak-anak Amerika pada usia yang sama hanya bisa menghitung sampai lima belas dan kebanyakan tidak bisa menghitung empat puluh sampai menginjak usia lima tahun.
Dengan kata lain, pada usia lima tahun anak-anak Amerika sudah ketinggalan 'satu tahun' dibandingkan rekan-rekannya di Asia dalam keahlian matematika dasar.
Ketika saya coba menghitung penjumlahan misalnya dalam bahasa Indonesia: dua puluh empat ditambah lima belas, maka saya harus melakukan konversi dulu ke bentuk angka menjadi (24 + 15) baru dijumlahkan satuan dengan satuan dan puluhan dengan puluhan. Sama persis dengan bahasa Inggris, masih memerlukan konversi ke angka.
Padahal dalam bahasa Batak misalnya, tidak perlu melakukan konversi karena sudah bisa langsung dijumlahkan melalui pengucapannya saja: dua-pulu-opat ditamba sampulu-lima berarti tolu-pulu-sia ---> tiga-puluh-sembilan.
Maka kata Gladwell, perbedaan itu berarti anak-anak Asia belajar untuk menghitung lebih cepat dibandingkan anak-anak Amerika. (Mungkin sementara yang Gladwell maksud Asia adalah Korea, Cina, dan Jepang. Tapi perlu ada penelitian untuk anak Indonesia, khususnya karena angka belasan tadi).
No comments:
Post a Comment