Inilah film yang terakhir saya tonton. Film yang berisi petualangan yang mencoba melakukan pencarian dan mungkin penemuan. Disutradarai Sean Penn dan tokoh kunci dibintangi Emile Hirsch (Christopher McCandles). Diilhami dari buku Jon Krakauer dengan judul yang sama. Tapi sejujurnya, saya belum membaca bukunya, baru menonton filmnya. Dan dari film inilah saya ingin menuliskan sesuatu, karena kisah yang sangat memilukan untuk sebuah keluarga.
Sebuah keluarga yang mapan, tapi sepertinya ada masalah. Sebuah keluarga dengan dua orang anak, Christopher dan adiknya Carine McCandles. Chris anak yang cerdas yang sangat gemar membaca yang bisa dengan cepat menemukan ungkapan atau kutipan untuk suatu hal, dari buku-buku yang sudah dibacanya.
Iya, keluarga yang ada masalah. Chris dan Carine, keduanya adalah 'anak haram', tapi orangtuanya tidak mengakuinya. Chris dan adiknya sering dimarahi karena suatu hal, dan digambarkan bahwa menurut penilaian kedua anaknya, kedua orangtuanya adalah orang-orang yang bertindak menggunakan penilaian-penilaian orang lain.
Suatu saat masa menjelang dewasanya, Chris akan dibelikan mobil baru. Chris menolak, dan tetap menggunakan mobil yang ada, karena masih kondisi baik. Chris berkata tidak membutuhkan benda-benda itu.
Chris sudah merencanakan petualangan, semacam 'pelarian' dari rumah, melakukan pencarian makna hidupnya. Dia membaca syair Lord Byron,
There is a pleasure in the pathless woods,
There is a rapture on the lonely shore,
There is society, where none intrudes,
By the deep sea, and music in its roar:
I love not man the less, but Nature more,
From these our interviews, in which I steal
From all I may be, or have been before,
To mingle with the Universe, and feel
What I can ne'er express, yet cannot all conceal.
Dia bercita-cita 'menaklukkan' Alaska. Dan dia pun pergi meninggalkan 'dunia yang kacau', dunia modern.
Banyak peristiwa diceritakan oleh Carine, dan di layar sering muncul tulisan-tulisan yang menyangkut hidup Chris. Peristiwa, cerita, pengalaman ditampilkan dengan pemandangan hutan, kadang kejadian di kota, dan juga kenangan-kenangan lama sewaktu Chris dan Carine masih kecil di rumah mereka.
Dalam semangat Chris, terpampang, "Tak bisa dipungkiri menjadi bebas sangat menggembirakan kita."
Chris tinggal di magic bus, yang menjadi rumahnya di hutan. Di rumah hutannya inilah dia menuliskan semua kisah petualangannya. Dia beberapa kali kembali ke kota untuk mencari bekal secukupnya, lalu kembali lagi ke rumahnya.
Dalam proses pencarian dan penemuan dirinya ini, dia pun mengubah namanya menjadi Alexander Supertramp. Untuk benar-benar menghilangkan jejaknya dari peredaran.
Penghilangan jejaknya dan pengejaran tujuan hidupnya inilah, terjadi saat-saat kedua orangtuanya disadarkan kembali tentang nilai sebuah keluarga. Tapi apa daya? Ibunya mencari-carinya terus.
Ketika dia perlu makanan, dia sudah mengangkat senjata untuk menembak rusa. Sesaat dia lihat rusa itu berjalan oleng, dia sudah hampir menembaknya, dia perhatikan lagi, ibu rusa diikuti anaknya yang jalan sempoyongan. Dia pun urung menembaknya.
Dalam mencapai cita-citanya, Chris menghadapi tantangan fisik yang tidak tertahankan. Terjadi juga tantangan yang sebenarnya bagi laki-laki, wanita. Saat dia bertemu sepasang hippi, di sana juga ada seorang wanita cantik, yang gemar menyanyi, Tracy. Ketika Tracy sudah beberapa kali jalan bersama dengan Chris, suatu saat Tracy sudah dengan siap dan terang-terangan mengajak Tracy untuk berhubungan yang paling intim. Chris dengan tenang dan sabar menolaknya. Chris sambil merengkuh dengan bersahabat berkata kepada Tracy, "Jika kau ingin sesuatu dalam hidupmu, raih dan gapailah!"
Kisah yang sangat menarik terjadi ketika Chris bersahabat dengan seorang pensiunan militer yang pernah bertugas di Okinawa, Ron Franz. Mereka bersahabat terbuka, dan sepertinya karena mengalami penyendirian dan pencarian yang sama, mereka sangat akrab.
Ron Franz bercerita, bahwa dia dulu punya keluarga, seorang isteri dan seorang anak. Ketika dia bertugas, seorang pengemudi mabuk menabrak mereka berdua dan meninggal saat itu. Franz melanjutkan ceritanya, "Chris, kalau saya ditanya kegiatan apa sekarang yang paling saya tidak sukai, itulah menenggak wiski. Tapi kau tahu bukan? Setelah kejadian itu, saya pun meminum wiski sampai mabuk."
Suatu saat dia tersadar, batinnya berkata, bahwa peristiwa itu tidak boleh membuatnya jatuh lagi, dan dia pun berhenti minum, saat itu, langsung.
Persahabatan 'orang tua' dan 'anak' inilah yang menjadi bagian Getting of Wisdom film. Ketika Chris dan Ron Franz berhenti di tengah jalan setelah berkendara lama, Ron bertanya kepada Chris yang sedang mendaki dengan cepat,
"Alaska? Nak, kau lari dari apa?'
"Aku bisa ajukan pertanyaan yang sama kepadamu, kecuali aku sudah tahu jawabannya." jawab Chris.
"Kau sudah tahu, ya?"
"Ya, Pak Franz. Kau harus kembali ke dunia luar. Keluar dari rumahmu yang sepi, dari sanggar kerja kecilmu. Kembalilah ke jalanmu. Sungguh! Kau akan hidup lama, Ron. Kau harus membuat perubahan radikal dalam gaya hidupmu. Inti jiwa manusia datang dari pengalaman-pengalaman baru."
Sesaat mereka masing-masing tersadar. Dan bernapas tenang, menghirup angin di puncuk bukit, yang sebelumnya Ron tidak mau dan tidak mampu mendakinya, tapi karena spirit yang ditularkan Chris, Ron bisa mencapai puncak bukit. Di sanalah mereka bercerita. Bahkan Ron berniat mengadopsi Chris. Tapi Chris mengatakan, akan memikirkan tentang itu setelah kembali dari misinya, Alaska.
Chris melanjutkan,"Tapi kau salah jika kau pikir kebahagiaan hidup pada prinsipnya datang dari hubungan manusia. Tuhan menempatkannya di sekitar kita. Dalam apa pun yang bisa kita alami. Orang hanya harus mengubah cara mereka melihat hal-hal itu."
Ron, sambil menunduk sadar berkata, "Ya, aku akan renungkan itu.!" Dengan tenang Ron melanjutkan, "Tapi aku ingin memberitahu sesuatu. Dari kepingan informasi yang kukumpulkan, dari kisah yang kau ceritakan tentang hidupmu, kau punya masalah dengan keluargamu. Tapi ada sesuatu yang lebih luhur yang bisa kita hargai. Bila kau memaafkan, kau menyayangi. Dan jika kau menyayangi, Cahaya Tuhan bersinar pada dirimu."
Bagian akhir, Chris kembali lagi ke rumah hutannya. Dia sudah kehabisan bekal, dan tanpa tenaga. Badannya sudah sangat kurus. Dalam kepiluan akan tenaga yang tersisa dia masih sempat menutup ritsleting celananya, dan mengambil posisi terlentang dalam magic bus-nya.
Sebelum menghembuskan napas terakhir dia masih sempat membaca Doctor Zhivago, terungkap, " Menyebut setiap benda dengan nama yang tepat." Chris menuliskan kata-kata terakhir yang mirip tulisan nisan, tentu diakhiri dengan nama yang asli, bukan Alexander Supertramp,
I have had a happy life and
thank the Lord
Good bye and may God
bless all!
Christopher Johnson McCandles
1 comment:
memang flm yg penuh inspirasi..!
Post a Comment