Catatan Sepakbola, Final Liga Champions, Barcelona 2 - 0 Manchester United, di Olimpico Roma
----
Diawali dengan suara merdu penyanyi bersuara tenor Italia, Andrea Bocelli, terjadilah kick off final liga Champions Eropa antara juara liga Spanyol Barcelona (Barca) dan juara liga Inggris, Manchester United (MU) di kota abadi, Roma.
Pertandingan berlangsung di stadion kebanggaan penduduk Roma, Olimpico, basis dua klub besar A. S. Roma dan S. S. Lazio. Seperti biasa, para pemain yakin bahwa timnyalah yang menjadi juara. Kadang-kadang bukan hanya pemain - fans, pendukung, bahkan penggemar juga yakin bahwa tim kesukaannyalah yang keluar sebagai pemenang.
Di awal pertandingan kedua tim kelihatan ingin menyerang dengan tujuan lebih dulu membuat gol agar bisa mengendalikan permainan. Di sisi lain, terlihat juga para pemain terlalu aman, dengan alasan yang sama tapi kebalikannya, agar jangan lebih dulu kebobolan.
Dari awal-awal babak penyisihan liga Champions, MU beberapa kali mengubah strategi bertanding, tergantung siapa yang menjadi lawannya. Tapi lebih sering menggunakan taktik 'agak' bertahan, tapi dengan serangan balik yang sangat cepat, jitu, dan mematikan.
Sebaliknya, dari awal, bukan hanya di liga Champions tapi juga di liga domestik Spanyol, Barcelona selalu menggunakan taktik yang sama, menyerang dengan pola yang nyaris hampir sama, karena terbukti mereka sangat menyerang dan produktif menciptakan gol.
Sering disebut pertandingan itu adalah final yang sesungguhnya. Maksudnya pertandingan yang sangat diharapkan terjadi di final. Dua kekuatan besar dari dua tim dan dari dua liga yang besar. Juga sering disebut akan menciptakan sejarah. Padahal, siapa pun yang bertanding di final, apa pun hasilnya, tetap akan menciptakan sejarah.
Apa pun hasilnya tetaplah peristiwa sejarah. Mungkin orang menganggap sejarah hanya peristiwa besar atau rekor-rekor yang tercipta. Apakah itu gelar treble winners bagi Barca, ataukah bagi Josep Guardiola yang baru memimpin Barca dengan usia yang sangat muda 38 tahun, ataukah bagi MU untuk bisa menciptakan gelar Champions dua kali berturut-turut, karena sudah sangat lama sebuah tim menciptakan itu. Tim terakhir yang membuat dua tahun berturut-turut adalah A. C. Milan tahun 89 dan 90 yang sering disebut sebagai The Dream Team. Juventus nyaris menciptakannya tahun 97 ketika sudah juara tahun 96.
Permainan
Ketika Samuel Eto'o pemain asal Afrika - Kamerun menciptakan gol, mulailah pertandingan yang sesungguhnya. Karena tim yang ketinggalan harus berusaha secepatnya menyamakannya. Kalau tidak, maka bola, waktu, dan permainan akan dikendalikan oleh tim yang sementara unggul, Barca.
Bukan seperti pertandingan bola basket yang dibatasi waktu menguasai bola dan harus menembak ke keranjang, sepakbola justeru menggunakan strategi 'bermain-main' dengan waktu. Apakah dengan memperlambat tempo, atau juga bisa membuang-buang bola keluar, bahkan ke mana saja, yang penting waktu semakin habis. Walaupun kadang-kadang waktu yang terbuang diperhitungkan, tapi sudah biasa, bahwa dalam sepakbola, waktu yang terbuang dan waktu berjalan terus, dan tidak sia-sia.
Kita kembali ke pertandingan. Secara umum, walaupun MU membahayakan beberapa kali gawang Barca, terutama lewat aksi dan tendangan yang sangat brilian dari Cristiano Ronaldo, tapi secara umum permainan MU tidak terlalu berkembang, terutama di lapangan tengah.
Barcelona, dengan kekuatan gelandang yang sangat mobile dan sangat impresif oleh kawanan Xavi Hernández, Andrés Iniesta, dan Sergio Busquets. Hebatnya, ketiganya adalah warga negara Spanyol dan hasil didikan pelatihan Barcelona junior.
Xavi Hernández
Khusus Xavi, kalau diperhatikan, pemain inilah yang paling impresif dari semua pemain. Mungkin yang mengimbanginya adalah Ronaldo di tim MU. Xavi paling banyak melakukan passing bola. Apa artinya ini?
Jika Xavi paling banyak melakukan passing bola berarti dia juga paling banyak mendapat bola. Bisa menerima dari temannya atau juga dia bisa merebut bola dari kaki lawan atau memotong passing lawan. Xavi selalu menjadi algojo tendangan bebas. Xavi juga menjadi spesialis mengambill tendangan pojok. Berarti Xavi-lah pemain yang paling dominan, dari segi penguasaan bola dan penguasaan lapangan.
Xavi nyaris membuat gol, ketika tendangan bebasnya membentuk tiang gawang. Bahkan gol kedua yang diciptakan Lionel Messi adalah adalah hasil umpan yang sangat di luar perhitungan pemain belakang MU, yang merupakan assist yang sangat terukur. Walaupun UEFA menetapkan Messi sebagai Man of the Match pertandingan final, tapi Xavi-lah yang paling berpengaruh dan menentukan karakter dan kestabilan Barcelona.
Barcelona
Secara khusus kita harus memperhatikan cara bermain Barcelona. Mereka memainkan bola dengan passing yang sangat akurat dan jarak pendek. Dan ketika mereka sudah unggul, maka ketika pemain saling besinggungan, maka sering terjadi provokasi untuk memancing emosi, menghamburkan waktu, dan juga untuk 'mempengaruhi' wasit.
Dengan hasil ini Barcelona meraih gelar tiga Juara Liga, Juara Copa, dan Juara Champions.
Pertandingan Menarik
Walaupun Barcelona menang, kita harus tetap mengagumi permainan MU, bukan hanya saat final, tapi termasuk sebelum final. Mereka juga memainkan permainan yang efektif dan sangat atraktif sebelumnya.
Untuk kedua tim, kita merasa bersyukur masih disuguhi pertandingan yang tergolong final yang indah. Para pemain: Ronaldo, Nemanja Vidić, Patrice Evra, Gerard Piqué, Carles Puyol, Xavi Hernández, Sergio Busquets, Lionel Messi, Andrés Iniesta memainkan permainan yang sangat menarik dan penuh gerakan.
Ketika pertandingan tinggal beberapa menit lagi, para pendukung Barca sudah mengibar-ngibarkan bendera, juga serbuk berwarna-warni di tribun penonton. Bahkan ada juga mengacungkan gambar piala dan tiruan piala.
Peluit wasit asal Swiss, Massimo Busacca tanda berakhir. Selesai dengan tenang. Manager MU dan seluruh pemain menerima medali. Kemudian dilanjutkan dengan manager dan seluruh pemain Barca. Dalam sepakbola kaptenlah yang terakhir dikalungkan medali dan kapten juga yang menerima piala kemenangan, dan itu diberikan kepada Carles Puyol, kapten sekaligus bek kanan Barca. Medali dan piala diserahkan oleh presiden UEFA, Michel Platini, legenda Juventus dan legenda Prancis.
---
Terima kasih, permainan sepakbola yang indah dan menghibur! Bagaimana menurut Anda?
1 comment:
Wiii.. keren komentarnya. Cukup berimbang, tidak memojokkan MU. Tapi di pertandingan itu Sir Alex kelihatan salah strategi, terlalu mengandalkan Ronaldo di depan & sangat sedikit umpan yang akurat. Memang ini subyektif sih karena saya Liverpool mania (anti MU) hehehe..
Memang Spanyol lagi naik daun, kita tinggal liat pembuktian dia di piala dunia. Jadi pengen liat mainnya Argentina di bawah komando Maradona.
Ayo kita bikin friendly match, Batam Vs Parung.. ehhehe..
Post a Comment