Sore ini, sambil menikmati minuman hangat, saya menemukan sesuatu di warung. Sebuah buku "Mimpi-mimpi Lintang - Maryamah Karpov".
Saya lihat buku itu asli. Terletak di atas meja. Sepertinya dibuat di sana agar mudah dijangkau oleh pembacanya. Saya minta izin ke ibu di warung untuk memegangnya. Di dalamnya ada semacam kartu pemisah halaman, sampai di sanalah seseorang sudah membacanya.
Ternyata buku itu adalah milik seorang gadis siswi sekolah menengah pertama (SMP), Suci Ardina namanya. Nama itu ada di halaman paling awal.
Saya berbincang-bincang dengan ibu itu, bahwa buku itu dibeli dan dibaca putrinya. Seorang siswi SMP menyimpan dan mengalokasikan uang jajannya untuk membeli buku untuk dibacanya.
Suatu ketakjuban bagi saya. Karena sudah cukup lama saya menemukan seorang siswi seusianya yang membaca, membeli, memiliki buku novel sendiri, dan novel yang tergolong tebal.
"Start by doing what's necessary; then do what's possible; and suddenly you are doing the impossible.” ~ St. Francis of Assisi
December 28, 2009
Acara Natal yang Saya Lihat
Beberapa hari dalam bulan November dan Desember ini, saya melihat acara atau perayaan Natal yang beragam.
Tentu saya pilih kata 'melihat' karena memang ada kegiatan itu yang saya diundang, ada juga yang ikut terlibat, ada juga ikut merumuskan beberapa acaranya, ada juga yang memang ikut melihat bukan karena ada tambahan menyanyi, atau menari atau hiburan lain.
Jadi jika acaranya hanya sebagai penggembira atau penikmat, maka itulah saat yang baik untuk mengamati, untuk menggembirakan.
Kadang saya terpikir, bahwa banyak acara itu, sudah tinggal atau hanya acara atau perayaan saja, dengan kehilangan esensinya.
Pernah suatu kali acara dibuat meriah tapi sudah kehilangan makna Natal itu sendiri. Acaranya hampir selalu menyanyi dengan beberapa orang menyanyi di panggung dan satu orang pemimpinnya. Menyanyinya sangat keras, dan volume dari sound system sudah sangat membuat telinga sakit.
Lalu terlalu sering nyanyian itu diiringi atau diakhiri dengan teriakan yang tidak terlalu jelas maksud dan tujuannya.
Tentu saya pilih kata 'melihat' karena memang ada kegiatan itu yang saya diundang, ada juga yang ikut terlibat, ada juga ikut merumuskan beberapa acaranya, ada juga yang memang ikut melihat bukan karena ada tambahan menyanyi, atau menari atau hiburan lain.
Jadi jika acaranya hanya sebagai penggembira atau penikmat, maka itulah saat yang baik untuk mengamati, untuk menggembirakan.
Kadang saya terpikir, bahwa banyak acara itu, sudah tinggal atau hanya acara atau perayaan saja, dengan kehilangan esensinya.
Pernah suatu kali acara dibuat meriah tapi sudah kehilangan makna Natal itu sendiri. Acaranya hampir selalu menyanyi dengan beberapa orang menyanyi di panggung dan satu orang pemimpinnya. Menyanyinya sangat keras, dan volume dari sound system sudah sangat membuat telinga sakit.
Lalu terlalu sering nyanyian itu diiringi atau diakhiri dengan teriakan yang tidak terlalu jelas maksud dan tujuannya.
December 23, 2009
Hakim Bao
Beberapa hari ini, saya sering merenungkan arti bijaksana. Mungkin saja orang-orang menyebutnya sebagai arif, atau hikmat. Permenungan ini dipicu oleh sharing bersama dari saya sendiri dan juga dari teman-teman.
Adil dan Bijaksana?
Filsuf yang sering disebut salah satu manusia yang paling memiliki integritas yang pernah hidup di bumi ini, Socrates, berkata "The only true wisdom is in knowing you know nothing." Kita mungkin dapat mengerti setidaknya berusaha mengerti bahwa pernyataan Socrates adalah wujud kerendahhatian dan wujud penerimaan apa saja yang bisa memperdalam pengetahuannya.
Bayangkan seperti Socrates, bisa berkata bahwa kebijaksanaan sejati adalah mengetahui bahwa dia tidak mengatahui apa-apa. Bisa kita mengerti juga, keterbukaannya kepada apa saja, yang membuat dirinya semakin bijaksana.
Saya teringat beberapa tahun lalu. Ada acara film seri di televisi, namanya Judge Bao. Saya teringat karena tertarik dengan kasus-kasus yang ada di film itu. Walaupun kebanyakan saya sudah lupa, tapi saya dapat mengerti bahwa walaupun tentang hukum, tapi ada yang lain selalu muncul di sana, suatu yang lebih hebat dan penting: Keadilan dan Kebijaksanaan.
Suatu kali, seorang anak kita sebut saja namanya Jak Cun, terdakwa di pengadilan. Dia mencuri ayam. Saya lupa berapa ekor yang dia curi. Kita anggap saja mencuri satu ekor. Menurut hukum, dia harus dikurung tiga bulan. Dia terbukti mencuri ayam satu ekor, melalui penyelidikan dan pengakuan saksi-saksi yang jujur. Benar-benar terbukti tanpa cacat. Hukum positif menyatakan orang yang terbukti mencuri seekor ayam, harus dijatuhi hukuman tiga bulan kurungan.
Tapi apa yang terjadi, Hakim Bao dengan berani membebaskan Jak Cun. Semua yang ada di pengadilan, terperangah dan heran. Keluarga yang kecurian ayam, bersungut-sungut. Tapi karena terkenal bijaksana, orang-orang mulai tenang. Keputusan Hakim Bao, didasarkan kepada, bahwa Jak Cun dibebaskan karena alasan tertentu, motif tertentu, dan bukan untuk kepentingannya sendiri, sehingga dia mencuri. Itulah kebijaksanaan.
Kebijaksanaan melampaui fakta-fakta.
Kebijaksanaan melampaui aturan.
Melampaui hukum.
Melampaui pengetahuan sementara.
Bahkan, melampaui kebenaran (hukum).
Tapi kebijaksanaan selalu bertautan dengan pengetahuan, pengertian, akal budi, dan hati. Sekarang ini akan sangat sulit, mungkin mustahil menjadi bijak tanpa pengetahuan. Umpama dalam kebijaksanaan tadi, Hakim Bao sudah mengetahui lebih daripada hukum dan dan seluk-beluknya, bahkan kebenaran. Hakim Bao sudah mengetahui lebih luas dengan perspektif yang luas juga.
* * *
Hukum dibuat untuk (rasa) keadilan.
Tapi terlalu banyak orang-orang yang 'katanya' hanya menegakkan hukum,
lalu lupa untuk apa hukum itu dibuat, untuk keadilan.
Maka, terjadilah, hukum ditegakkan untuk merobohkan dan menghancurkan keadilan.
Adil dan Bijaksana?
Filsuf yang sering disebut salah satu manusia yang paling memiliki integritas yang pernah hidup di bumi ini, Socrates, berkata "The only true wisdom is in knowing you know nothing." Kita mungkin dapat mengerti setidaknya berusaha mengerti bahwa pernyataan Socrates adalah wujud kerendahhatian dan wujud penerimaan apa saja yang bisa memperdalam pengetahuannya.
Bayangkan seperti Socrates, bisa berkata bahwa kebijaksanaan sejati adalah mengetahui bahwa dia tidak mengatahui apa-apa. Bisa kita mengerti juga, keterbukaannya kepada apa saja, yang membuat dirinya semakin bijaksana.
Saya teringat beberapa tahun lalu. Ada acara film seri di televisi, namanya Judge Bao. Saya teringat karena tertarik dengan kasus-kasus yang ada di film itu. Walaupun kebanyakan saya sudah lupa, tapi saya dapat mengerti bahwa walaupun tentang hukum, tapi ada yang lain selalu muncul di sana, suatu yang lebih hebat dan penting: Keadilan dan Kebijaksanaan.
Suatu kali, seorang anak kita sebut saja namanya Jak Cun, terdakwa di pengadilan. Dia mencuri ayam. Saya lupa berapa ekor yang dia curi. Kita anggap saja mencuri satu ekor. Menurut hukum, dia harus dikurung tiga bulan. Dia terbukti mencuri ayam satu ekor, melalui penyelidikan dan pengakuan saksi-saksi yang jujur. Benar-benar terbukti tanpa cacat. Hukum positif menyatakan orang yang terbukti mencuri seekor ayam, harus dijatuhi hukuman tiga bulan kurungan.
Tapi apa yang terjadi, Hakim Bao dengan berani membebaskan Jak Cun. Semua yang ada di pengadilan, terperangah dan heran. Keluarga yang kecurian ayam, bersungut-sungut. Tapi karena terkenal bijaksana, orang-orang mulai tenang. Keputusan Hakim Bao, didasarkan kepada, bahwa Jak Cun dibebaskan karena alasan tertentu, motif tertentu, dan bukan untuk kepentingannya sendiri, sehingga dia mencuri. Itulah kebijaksanaan.
Kebijaksanaan melampaui fakta-fakta.
Kebijaksanaan melampaui aturan.
Melampaui hukum.
Melampaui pengetahuan sementara.
Bahkan, melampaui kebenaran (hukum).
Tapi kebijaksanaan selalu bertautan dengan pengetahuan, pengertian, akal budi, dan hati. Sekarang ini akan sangat sulit, mungkin mustahil menjadi bijak tanpa pengetahuan. Umpama dalam kebijaksanaan tadi, Hakim Bao sudah mengetahui lebih daripada hukum dan dan seluk-beluknya, bahkan kebenaran. Hakim Bao sudah mengetahui lebih luas dengan perspektif yang luas juga.
* * *
Hukum dibuat untuk (rasa) keadilan.
Tapi terlalu banyak orang-orang yang 'katanya' hanya menegakkan hukum,
lalu lupa untuk apa hukum itu dibuat, untuk keadilan.
Maka, terjadilah, hukum ditegakkan untuk merobohkan dan menghancurkan keadilan.
Keanehan-keanehan Sepakbola
Sepakbola merupakan olahraga yang nikmat, tapi dalam kenikmatan itu, banyak juga hal-hal aneh di dalamnya. Walaupun menonton permainan atau pertandingan sepakbola sungguh asyik, tetap lebih asyik jika pernah mengalami permainan atau pertandingan itu secara konkret atau bermain secara langsung. Dengan bahasa yang sederhana, pernah bermain sepakbola.
Dengan pernah bermain sepakbola di lapangan yang sebenarnya, dan bermain yang sebenarnya (maksudnya bukan hanya pertandingan pemanasan, main-main, atau pertandingan persahabatan). Maka akan semakin terasa hal-hal yang kita maksudkan sebagai keanehan-keanehan. Mungkin tepatnya bukan sebagai keanehan, tapi kita anggap saja sebagai keanehan.
:-)
Inilah beberapa, dan mungkin masih banyak yang lain.
Namanya Sendiri
Sepakbola sebenarnya istilah yang tidak terlalu tepat dalam bahasa Indonesia. Yang paling tepat untuk itu adalah bola sepak, atau dirangkai saja menjadi bolasepak. Karena lebih sesuai, dan misalnya juga jika dibandingkan dengan bola voli, atau bola keranjang, atau bola sodok.
Lama Permainan
Walaupun disebut-sebut dan ditulis di mana-mana lama permainan sepakbola resmi adalah 2 X 45' - dua kali empat puluh lima menit; tapi hampir tidak pernah permainan sepakbola hanya 90 menit. Babak pertama saja, misalnya sudah 47 menit, dan ketika babak kedua dimulai, hitungannya bukan mulai dari menit ke-48, tapi tetap mulai setelah menit ke-45, atau awal menit ke-46.
Pun ketika babak kedua akan berakhir, maka hampir tidak pernah selama 45 menit, tetap lebih daripada 45 menit. Hampir selalu ada waktu tambahan. Waktu tambahan bisa karena, pelanggaran, cedera pemain, bahkan pergantian pemain.
Offside
Pertama istilah offside ini sendiri, belum ada bahasa Indonesianya. Kemudian, walaupun ada aturan dan tata tertib untuk ini, tetap saja selalu tidak terlalu jelas untuk bola yang dikirim melambung.
Kapten dan Pelatih
Di luar lapangan, untuk sebuah tim, yang paling menentukan adalah pelatih atau kadang-kadang digunakan istilah manager. Sepertinya lebih tepat sebagai manager, atau pemimpin tim. Karena pelatih adalah hal lain.
Tapi di dalam lapangan, yang paling menentukan adalah kapten tim. Kaptenlah yang bisa 'berbicara' dengan hakim garis atau wasit.
Handsball
Dalam permainan sepakbola, hanya ketika lemparan ke dalam yang menggunakan tangan secara aktif. Secara aktif berarti memang benar-benar menggunakan tangan sebagai media permainan, dan tidak boleh menggunakan bagian tubuh lain.
Tapi ada kalanya para pemain menggunakan tangan untuk tujuan lain, yakni menarik baju lawan, menghalangi pergerakan lawan, bahkan juga misalnya menghentikan bola, ketika wasit membunyikan peluit untuk berhentik karena banyak hal.
Tapi yang paling menimbulkan kontroversi adalah seseorang menggunakan tangan untuk memainkan bola apakah memindahkan bola sedikit. Tapi yang paling kontroversial adalah menggunakan tangan menggerakkan atau mengalihkan bola ke arah gawang dan menjadi gol.
Hal seperti itu pernah dilakukan Diego Maradona dan Thierry Henry. Yang menarik, Maradona dan Henry tidak dihukum karena aksinya itu. Kamera, rekaman sudah menunjukkan kenyataan yang sebenarnya, dan orangnya pun sudah mengakui. Padahal berdasarkan rekaman, hukuman bagi hal lain misalnya pelanggaran bisa diperberat, atau kartu merah dihapuskan.
Banyaknya Gol yang Terjadi
Dalam permainan bola basket, semakin banyak poin, apalagi kalau kedua tim menciptakan poin semakin banyak, maka pertandingan semakin seru.
Dalam permainan atau pertandingan sepakbola, memang tujuannya adalah menciptakan gol ke gawang lawan, atau setidaknya bagi tim A misalnya, lebih banyak memasukkan gol daripada kemasukan gol. Tujuannya memenangi permainan atau pertandingan dengan menciptakan gol.
Tapi dalam sepakbola, semakin banyak gol yang terjadi, kemungkinan besar, bahwa pertandingan itu tidak bermutu. Hampir bisa dipastikan jika banyak sekali gol yang terjadi, maka boleh disebut pertandingan itu tidak menarik lagi.
Kita bayangkan skor pertandingan sepakbola 15 - 15. Apa artinya? Mungkin itu bukan lagi pertandingan sepakbola, tapi sudah menjadi bola voli.
:-)
Gol Bunuh Diri
Dalam istilah Inggris, digunakan istilah own goal, dan di sini digunakan gol bunuh diri. Ini biasanya gol yang terjadi oleh pemain ke gawang sendiri, kerana ketimpa bola, atau kena ke badan lalu arah bola berubah, dan kiper tidak bisa lagi mengantisipasi. Intinya gol ke gawang sendiri karena tidak sengaja. (Kecuali pernah dilakukan pemain tim nasional Indonesia, agar timnya kalah.)
Sepertinya istilah gol bunuh diri terlalu kejam.
:-)
Pergantian Pemain
Pergantian pemain dalam satu tim maksimal 3 orang, kecuali untuk kasus kiper yang dikartumerahkan. Memang sepertinya menjadi 4 pemain tapi satu pemain yang bukan kiper - yang tidak berhubungan dengan kejadian - harus (rela) dikeluarkan.
Tapi yang paling ironis dan tragis dari pertandingan sepakbola adalah jika misalnya satu tim telah melakukan pergantian 3 pemain, lalu kemudian, satu orang pemain cedera atau dicederai lawan, dan harus meninggalkan lapangan, maka pemain itu tidak boleh diganti. Ini benar-benar ketidakadilan dan kerugian pada tim itu. Pemain yang harus keluar misalnya karena dicederai, dan tidak bisa digantikan.
Ini benar-benar harus memerlukan keseriusan.
Yang Hebat tidak Selalu menjadi Pemenang
Dalam sepakbola, tim yang menarik, yang jago, yang hebat, tidak selalu menang. Tim yang keren, pemain-pemain supermahal, tidak memastikan hasil dalam sepakbola. Walaupun tim yang mempertontonkan permainan yang indah dan atraktif dinanti-nanti dan dipuja-puja, tapi sesaat wasit membunyikan peluit selesai pertandingan, dan tim itu tidak menang, maka dengan secepatnya siapa pun akan mencemooh tim itu.
Sungguh aneh bukan?
Dengan pernah bermain sepakbola di lapangan yang sebenarnya, dan bermain yang sebenarnya (maksudnya bukan hanya pertandingan pemanasan, main-main, atau pertandingan persahabatan). Maka akan semakin terasa hal-hal yang kita maksudkan sebagai keanehan-keanehan. Mungkin tepatnya bukan sebagai keanehan, tapi kita anggap saja sebagai keanehan.
:-)
Inilah beberapa, dan mungkin masih banyak yang lain.
Namanya Sendiri
Sepakbola sebenarnya istilah yang tidak terlalu tepat dalam bahasa Indonesia. Yang paling tepat untuk itu adalah bola sepak, atau dirangkai saja menjadi bolasepak. Karena lebih sesuai, dan misalnya juga jika dibandingkan dengan bola voli, atau bola keranjang, atau bola sodok.
Lama Permainan
Walaupun disebut-sebut dan ditulis di mana-mana lama permainan sepakbola resmi adalah 2 X 45' - dua kali empat puluh lima menit; tapi hampir tidak pernah permainan sepakbola hanya 90 menit. Babak pertama saja, misalnya sudah 47 menit, dan ketika babak kedua dimulai, hitungannya bukan mulai dari menit ke-48, tapi tetap mulai setelah menit ke-45, atau awal menit ke-46.
Pun ketika babak kedua akan berakhir, maka hampir tidak pernah selama 45 menit, tetap lebih daripada 45 menit. Hampir selalu ada waktu tambahan. Waktu tambahan bisa karena, pelanggaran, cedera pemain, bahkan pergantian pemain.
Offside
Pertama istilah offside ini sendiri, belum ada bahasa Indonesianya. Kemudian, walaupun ada aturan dan tata tertib untuk ini, tetap saja selalu tidak terlalu jelas untuk bola yang dikirim melambung.
Kapten dan Pelatih
Di luar lapangan, untuk sebuah tim, yang paling menentukan adalah pelatih atau kadang-kadang digunakan istilah manager. Sepertinya lebih tepat sebagai manager, atau pemimpin tim. Karena pelatih adalah hal lain.
Tapi di dalam lapangan, yang paling menentukan adalah kapten tim. Kaptenlah yang bisa 'berbicara' dengan hakim garis atau wasit.
Handsball
Dalam permainan sepakbola, hanya ketika lemparan ke dalam yang menggunakan tangan secara aktif. Secara aktif berarti memang benar-benar menggunakan tangan sebagai media permainan, dan tidak boleh menggunakan bagian tubuh lain.
Tapi ada kalanya para pemain menggunakan tangan untuk tujuan lain, yakni menarik baju lawan, menghalangi pergerakan lawan, bahkan juga misalnya menghentikan bola, ketika wasit membunyikan peluit untuk berhentik karena banyak hal.
Tapi yang paling menimbulkan kontroversi adalah seseorang menggunakan tangan untuk memainkan bola apakah memindahkan bola sedikit. Tapi yang paling kontroversial adalah menggunakan tangan menggerakkan atau mengalihkan bola ke arah gawang dan menjadi gol.
Hal seperti itu pernah dilakukan Diego Maradona dan Thierry Henry. Yang menarik, Maradona dan Henry tidak dihukum karena aksinya itu. Kamera, rekaman sudah menunjukkan kenyataan yang sebenarnya, dan orangnya pun sudah mengakui. Padahal berdasarkan rekaman, hukuman bagi hal lain misalnya pelanggaran bisa diperberat, atau kartu merah dihapuskan.
Banyaknya Gol yang Terjadi
Dalam permainan bola basket, semakin banyak poin, apalagi kalau kedua tim menciptakan poin semakin banyak, maka pertandingan semakin seru.
Dalam permainan atau pertandingan sepakbola, memang tujuannya adalah menciptakan gol ke gawang lawan, atau setidaknya bagi tim A misalnya, lebih banyak memasukkan gol daripada kemasukan gol. Tujuannya memenangi permainan atau pertandingan dengan menciptakan gol.
Tapi dalam sepakbola, semakin banyak gol yang terjadi, kemungkinan besar, bahwa pertandingan itu tidak bermutu. Hampir bisa dipastikan jika banyak sekali gol yang terjadi, maka boleh disebut pertandingan itu tidak menarik lagi.
Kita bayangkan skor pertandingan sepakbola 15 - 15. Apa artinya? Mungkin itu bukan lagi pertandingan sepakbola, tapi sudah menjadi bola voli.
:-)
Gol Bunuh Diri
Dalam istilah Inggris, digunakan istilah own goal, dan di sini digunakan gol bunuh diri. Ini biasanya gol yang terjadi oleh pemain ke gawang sendiri, kerana ketimpa bola, atau kena ke badan lalu arah bola berubah, dan kiper tidak bisa lagi mengantisipasi. Intinya gol ke gawang sendiri karena tidak sengaja. (Kecuali pernah dilakukan pemain tim nasional Indonesia, agar timnya kalah.)
Sepertinya istilah gol bunuh diri terlalu kejam.
:-)
Pergantian Pemain
Pergantian pemain dalam satu tim maksimal 3 orang, kecuali untuk kasus kiper yang dikartumerahkan. Memang sepertinya menjadi 4 pemain tapi satu pemain yang bukan kiper - yang tidak berhubungan dengan kejadian - harus (rela) dikeluarkan.
Tapi yang paling ironis dan tragis dari pertandingan sepakbola adalah jika misalnya satu tim telah melakukan pergantian 3 pemain, lalu kemudian, satu orang pemain cedera atau dicederai lawan, dan harus meninggalkan lapangan, maka pemain itu tidak boleh diganti. Ini benar-benar ketidakadilan dan kerugian pada tim itu. Pemain yang harus keluar misalnya karena dicederai, dan tidak bisa digantikan.
Ini benar-benar harus memerlukan keseriusan.
Yang Hebat tidak Selalu menjadi Pemenang
Dalam sepakbola, tim yang menarik, yang jago, yang hebat, tidak selalu menang. Tim yang keren, pemain-pemain supermahal, tidak memastikan hasil dalam sepakbola. Walaupun tim yang mempertontonkan permainan yang indah dan atraktif dinanti-nanti dan dipuja-puja, tapi sesaat wasit membunyikan peluit selesai pertandingan, dan tim itu tidak menang, maka dengan secepatnya siapa pun akan mencemooh tim itu.
Sungguh aneh bukan?
Subscribe to:
Posts (Atom)