Beberapa hari ini, saya sering merenungkan arti bijaksana. Mungkin saja orang-orang menyebutnya sebagai arif, atau hikmat. Permenungan ini dipicu oleh sharing bersama dari saya sendiri dan juga dari teman-teman.
Adil dan Bijaksana?
Filsuf yang sering disebut salah satu manusia yang paling memiliki integritas yang pernah hidup di bumi ini, Socrates, berkata "The only true wisdom is in knowing you know nothing." Kita mungkin dapat mengerti setidaknya berusaha mengerti bahwa pernyataan Socrates adalah wujud kerendahhatian dan wujud penerimaan apa saja yang bisa memperdalam pengetahuannya.
Bayangkan seperti Socrates, bisa berkata bahwa kebijaksanaan sejati adalah mengetahui bahwa dia tidak mengatahui apa-apa. Bisa kita mengerti juga, keterbukaannya kepada apa saja, yang membuat dirinya semakin bijaksana.
Saya teringat beberapa tahun lalu. Ada acara film seri di televisi, namanya Judge Bao. Saya teringat karena tertarik dengan kasus-kasus yang ada di film itu. Walaupun kebanyakan saya sudah lupa, tapi saya dapat mengerti bahwa walaupun tentang hukum, tapi ada yang lain selalu muncul di sana, suatu yang lebih hebat dan penting: Keadilan dan Kebijaksanaan.
Suatu kali, seorang anak kita sebut saja namanya Jak Cun, terdakwa di pengadilan. Dia mencuri ayam. Saya lupa berapa ekor yang dia curi. Kita anggap saja mencuri satu ekor. Menurut hukum, dia harus dikurung tiga bulan. Dia terbukti mencuri ayam satu ekor, melalui penyelidikan dan pengakuan saksi-saksi yang jujur. Benar-benar terbukti tanpa cacat. Hukum positif menyatakan orang yang terbukti mencuri seekor ayam, harus dijatuhi hukuman tiga bulan kurungan.
Tapi apa yang terjadi, Hakim Bao dengan berani membebaskan Jak Cun. Semua yang ada di pengadilan, terperangah dan heran. Keluarga yang kecurian ayam, bersungut-sungut. Tapi karena terkenal bijaksana, orang-orang mulai tenang. Keputusan Hakim Bao, didasarkan kepada, bahwa Jak Cun dibebaskan karena alasan tertentu, motif tertentu, dan bukan untuk kepentingannya sendiri, sehingga dia mencuri. Itulah kebijaksanaan.
Kebijaksanaan melampaui fakta-fakta.
Kebijaksanaan melampaui aturan.
Melampaui hukum.
Melampaui pengetahuan sementara.
Bahkan, melampaui kebenaran (hukum).
Tapi kebijaksanaan selalu bertautan dengan pengetahuan, pengertian, akal budi, dan hati. Sekarang ini akan sangat sulit, mungkin mustahil menjadi bijak tanpa pengetahuan. Umpama dalam kebijaksanaan tadi, Hakim Bao sudah mengetahui lebih daripada hukum dan dan seluk-beluknya, bahkan kebenaran. Hakim Bao sudah mengetahui lebih luas dengan perspektif yang luas juga.
* * *
Hukum dibuat untuk (rasa) keadilan.
Tapi terlalu banyak orang-orang yang 'katanya' hanya menegakkan hukum,
lalu lupa untuk apa hukum itu dibuat, untuk keadilan.
Maka, terjadilah, hukum ditegakkan untuk merobohkan dan menghancurkan keadilan.
2 comments:
keadilan, lebih dari batas yang di labeli oleh opini subjektif manusia... hanya bisa di raih dan dipahami oleh mereka yang sudah mau menerima lautan ilmu untuk menjadi bagian dari diri nya..
keadilan itu hanya bersifat subjektif semata, tp keadiln tanpa dilandasi dengn kebijaksanaan akan terasa hampa, krn pada dasarnya suatu keadilan muncul dr kebijaksanaan seseorang. sepakat dengan yg kamu tulis bhwa kebijaksanaan muncul dr akal budi manusia itu sndri.... tp kebijaksanaan yg tertinggi terdapat dlm ajaran suatu agama
Post a Comment