Ini sebuah cerita yang saya dengar tadi pagi. Diceritakan oleh seorang sersan yang pernah menjaga rumah seorang perwira tinggi. Walaupun cerita ini seperti fiksi, tapi ini adalah kisah yang terjadi nyata, menurut pencerita, seorang sersan. Sersan ini sekarang sudah perwira menengah. Sersan Joko Susanto seorang Pujakesuma, putra Jawa kelahiran Sumatra.
Hari tu Sersan Joko mendapat jadwal tugas menjaga rumah perwira tinggi. Sebenarnya yang dijaga bukan perwira tinggi, bukan juga rumah, tapi keluarga perwira itu, tepatnya istri perwira tinggi itu. Kalau rumah, apalah yang harus dijaga? Lagi pula, perwira tinggi itu tidak berada di rumah saat itu.
Rumah itu cukup besar, dan di bagian belakang rumah, banyak dipelihara burung. Burung itu sepertinya juga sudah terlatih bernyanyi terutama lagu-lagu perjuangan. Seekor burung beo sangat mahir menyanyikan lagu Indonesia Raya, Maju Tak Gentar, dan Garuda Pancasila. Kadang beo itu berteriak, "Siap g'rak!"
Setelah beberapa jam berdiri terus dan sudah merasa letih dan terkadang mengantuk, beberapa kali beo itu membuat sersan terkejut ketika memberi komando, "Siap g'rak!"
Manusiawi, sersan itu pun memendam rasa kesal dan marah juga kepada beo. Ketika istri perwira sepertinya pergi istirahat dan tidak terdengar suara pertanda istri perwira bergerak, maka sang sersan mendekati burung beo, dan mengucapkan sesuatu yang vulgar dengan nada kasar ke beo itu. Maaf kita tidak menampilkan kata-kata itu di sini. He.. he....(Agar penasaran...)
Merasa puas melampiaskan amarah dan rasa kesalnya, sersan pun menjauh sedikit. Tiba-tiba beo dengan keras mengulang-ulang kata-kata ejekan dan vulgar itu, hingga istri perwira terbangun mendengarnya.
Dengan cepat istri perwira yang terkenal cerewet itu berdiri secepat kilat di tempat yang bisa dilihat sersan dan memanggilnya mendekat. "Duduk!" teriak istri perwira kepada sersan. Dengan irama cepat dan tidak pernah salah ucap, istri perwira itu mengamuk. "Kamu memang kurang ajar ya! Mengajari beo mengucapkan kata-kata kotor. Kamu tidak bisa mengelak lagi. Kurang ajar! Lihatlah beo itu, dia sudah membuat penghuni rumah ini malu. Bagaimana jika tamu-tamu berkunjung ke sini, dan beo mengucapkan itu? Gawat! Gawat! Saya akan memberi tahu ke Bapak. Kamu akan kapok. Kamu akan habis. Saya akan memberi tahu Bapak."
Ketika istri perwira marah-marah, sang sersan masih bisa menerima. Tapi ketika dikatakan akan memberi tahu kepada perwira tinggi, suaminya, maka muka sersan pun merah seperti tomat, dan seperti mau pingsan.
Maka hampir beberapa jam, sang sersan kesulitan berpikir. Juga kesulitan bernapas. Dia membayangkan hukuman yang berat, bukan hanya push up puluhan kali, tapi diturunkan pangkatnya atau bahkan dipecat dari kemiliteran.
Maka sersan mulai bisa berangan-angan sampai pergantian personel dan jadwal penjaga. Tapi itu tidak terjadi. Perwira tinggi pun datang, maka dengan berdiri siap siaga, dia tidak berhenti gelisah dan keringat dingin. Dia tidak sekejap pun berhenti melirik pergerakan sang istri perwira. Ketika istri perwira mendekat suaminya, sang sersan semakin tidak karuan kondisinya. Sampai beberapa lama sepertinya istri perwira tidak menceritakan hal yang terjadi, hati sersan mulai tenang, setidaknya sampai pergantian penjaga.
Tapi ada satu yang dilupakan sang sersan yang beranggapan bahwa dian sudah aman dan selamat. Yakni, walaupun istri mungkin tidak menceritakan hal vulgar yang terjadi kepada suaminya, burung beo yang akan menceritakannya.
:-)
No comments:
Post a Comment