Kepada Luka
Tutuplah matamu
Mau kukecup lukamu.
Siapa yang tega melihat
Tubuhmu penuh sayat
Mayat-mayat yang dikerubungi lalat
Dekat kakimu memuntahkan bau busuk
Menusuk rahimmu yang sejuk.
Pisau-pisau risau
Menikam pualammu
Api menyala dari kepala
Membakar segala.
Anak-anakmu
Berteriak di jalan-jalan sesak
Menggenggam pisau dan kapak
Menggasak cagak-cagak air mata
Yang kau tegakkan berabad lama
Sementara polisi bagai polusi
Mencemari langit, menggemari jerit bumi.
Negeri ini ngeri!
Kami dilarang bernyanyi
Dibiarkan kami bermain dengan kelamin sepi
Mulut-mulut puisi dibekap
Dan para penyairnya disekap
Lalu siapa yang mendekap nyeri?
Penjahat-penjahat kelas kakap
Diberi izin melancong ke luar negeri
Dan naik haji
Sementara penjahit-penjahit kelas teri
Diinjak-injak harga diri mereka
Di negerinya sendiri
Negeri yang bagai pakaian
Yang membalut tubuh ringkih
Tertatih-tatih memunguti bebiji kancing baju
Peniti, jarum di pagi yang gelap
Matahari pun mulai enggan hinggap!
Elang-elang berhenti terbang
Mereka trauma dengan suara gelap: TANGKAP!
Berapa Ibu yang menangisi, menanti putra-putri mereka tak kunjung pulang.
Aku katakan cukup!
Cukup sudah
Luka-lukamu makin basah.
Kemarilah, kekasih
Tutuplah matamu
Mau kukecup lukamu.
Khartoum, Sudan, 2010
No comments:
Post a Comment