April 29, 2010

Menghafal v. Memahami

"Bacaan hanya melengkapi akal budi kita dengan bahan-bahan untuk pengetahuan. Justru berpikirlah yang membuat apa yang kita baca menjadi milik kita."  
~ John Locke (1632 - 1704), filsuf Inggris

* * *

Salah satu yang menarik untuk diamati atau diperbincangkan adalah orang-orang yang mencoba dan berusaha untuk menghafal seluruh kalimat, dalam sebuah buku misalnya. Barangkali buku yang sering dicoba untuk dihafal seluruh ayat-ayat atau teks tanpa kurang sesuatu adalah sebuah kitab suci.

Tentu menghafal sebuah isi buku ada manfaatnya. Kalau kita menghafal seluruh ayat-ayat kitab suci adalah bermanfaat, tapi seberapa bermanfaatkah itu jika kita tidak memahaminya?

Lagi pula, apakah menghafal itu pada zaman sekarang sesuatu yang harus perlu dilakukan oleh manusia terutama misalnya menyangkut teks yang sangat besar? Bukankah sudah ada komputer yang tanpa berpikir pun, bisa langsung 'menghafalnya'? Atau jika terhubung ke internet, bukankah sudah ada perpustakaan Google yang menyediakan 'hafalan' itu?

* * *
Beberapa sahabat bertanya tentang hafalan. Pertanyaannya kira-kira seperti ini, "Bagaimana caranya kita menghafal sesuatu dengan cepat dari majalah atau buku yang kita baca?"

Lalu saya berpikir sebentar. Selama ini, saya misalnya, tidak pernah menghafal sesuatu secara khusus. Saya seperti mengetahui saja bahwa ide tertentu ada di buku tertentu atau ada di hal tertentu. Walaupun saya tidak menghafal persis bahkan seluruh urutan kata-katanya.

Saya hanya mencoba menghafal sesuatu yang cukup panjang adalah ketika masih siswa sekolah dasar (SD) yakni Janji Siswa, dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Juga beberapa lagu daerah, umpamanya lirik lagu, Apuse yang berasal dari Irian, atau Papua kini. Dan setelah menghafal itu pun, saya bertanya mengapa saya harus menghafalnya? :-)

Sepertinya kalau kita mempelajari suatu hal, dan memahami artinya, maka sudah lebih daripada cukup. Dan apa yang kita pahami itu sudah seperti menghafal saja, walaupun tentu tidak menghafal dalam pengertian mengingat semua huruf demi huruf, kata demi kata, atau kalimat demi kalimat secara utuh dan sempurna. Tapi yang paling penting kita memahaminya, dan kalau mau mengutip atau menyalin misalnya tinggal melihat teks itu secara langsunng di buku, atau di layar lewat komputer dan perpustakaan Google tadi.

* * *
Saya teringat akan seorang sahabat wanita yang awalnya tidak peduli dengan penyakit kanker. Keyakinannya, dia tidak akan mengidap penyakit kanker, dan dia pun berkata tidak akan perlu dan tidak bisa mengetahui tentang penyakit itu.

Jadi dia pun berkata, dia tidak akan pernah mengerti dan tidak peduli tentang penyakit itu. Tapi apa yang terjadi? Suatu saat, ketika seorang temannya terdeteksi mengidap kanker serviks, maka dia pun kaget. Temannya itu pun membujuknya untuk diperiksa juga. Ternyata, dia pun juga terdeteksi kanker serviks.

Kemudian apa yang terjadi? Sangat menarik. Dia terkejut, dan dalam 'sekejap' dia bisa dengan cepat mengerti tentang segala seluk beluk kanker serviks. Dalam satu beberapa hari dia mengumpulkan semua data, fakta-fakta, informasi, dan semua pengetahuan yang bisa didapatnya tentang kanker serviks itu.

Bahkan dalam beberapa minggu, dia sudah mengetahui banyak hal terutama kanker yang secara khusus terkait dengan tubuh wanita.

* * *
Jill Price, Manusia Pengingat Segalanya

Sedikit berbeda dengan tindakan atau kemampuan menghafal, beberapa bulan yang lalu, saya terkesima menonton seorang ibu, Jill Price, yang bisa mengingat seluruh hal yang pernah dialaminya. Jill Price saya lihat saat acara The Oprah Winfrey Show. Jill Price berkata, dia bisa mengingat seluruh peristiwa yang diketahuninya, sejak berusia 14 tahun. Jika kita beri sebuah tanggal tertentu, maka Jill bisa menyampaikan banyak hal yang terjadi hari itu.

Saat itu Oprah bertanya kepada Jill secara acak, "Kapan John Lennon terbunuh?" Jill dalam hitungan detik menyampaikan tanggal 8 Desember 1980, tepat dengan harinya, Senin dan saat dia kelas 10. Jill dapat memberitahu apa saja yang terjadi saat itu secara detail dan semua hal-hal kecil yang terjadi. Jill mengaku dia menyadari memorinya berbeda dengan yang lain sejak berusia 12 tahun.

Jill mengatakan sejak berumur 15 tahun, dia membuat jurnal harian. Tulisan ini bukan untuk mengingat apa saja. Setelah dia menuliska sesuatu dia tidak melihatnya lagi. Itu dibuatnya hanya untuk memastikan bahwa apa yang diingatnya adalah benar terjadi.

Yang menarik, semua hal yang terjadi, yang diingatnya adalah semacam mengganggu dan membuat seperti penyakit baginya.

Bahkan ingatannya yang fenomenal itu tidak membantunya di sekolah. Dia berkata kejadian-kejadian itu tidak dia hafal, tapi seperti tahu saja. Pengakuannya, dia kesulitan menghafal dan mengingat dengan baik lirik sebuah sajak atau puisi, semasa sekolah.

Dr. Oz, narasumber saat acara itu mengatakan bahwa dia mengingat sesuatu tidak seperti orang belajar. Pada umumnya orang belajar lewat pengulangan dan konsentrasi, Jill memiliki memori emosional. Jill mengingat saja.

* * *
Bagaimana kegiatan menghafal dan memahami ini jika dikaitkan dengan pembelajaran dan pendidikan? Kembali ke pertanyaan awal, apa yang kita dapat kalau kita menghafal tapi tidak memahami apa yang kita hafal? Bagaimana kalau kita ingat dengan pernyataan John Locke di awal, "Bacaan hanya melengkapi akal budi kita dengan bahan-bahan untuk pengetahuan. Justru berpikirlah yang membuat apa yang kita baca menjadi milik kita."

Bagaimana kita memahami segala sesuatu, misalnya teks, fakta-fakta, atau informasi? Bagaimana akal sehat kita menyikapi dan memaknai itu semua? Agar itu kita mengerti mungkin kita dapat melakukan sesuatu terhadapnya, misalnya menganalogi, mencampur, mengelompokkan, mengombinasi, membandingkan, memeriksa, mengukur, mempertanyakan, menyeleksi, membuat spekulasi, menyintesis, menguji, dan atau menghubungkannya dengan yang lain. Dengan cara seperti ini, maka dari teks, fakta-fakta, atau informasi tadi, kita mendapatkan sesuatu yang baru, mungkin berupa ide, keinginan, kreativitas, pemikiran, bahkan imajinasi yang lebih banyak, luas dan tak terbatas.

Agar semua itu menjadi sesuatu yang lebih daripada sekadar menghafal adalah membuatnya menjadi sesuatu yang menjadi pengetahuan, wawasan, pemahaman, kebijaksanaan, dalam bentuk pemikiran dan juga tindakan. Sesuatu yang lebih bermanfaat bagi kita, bagi kemajuan dan kelanjutan manusia.

* * *

"Manusia atau pun bangsa tidak dapat bertahan tanpa ide yang agung."
~ Fyodor Dostoyevsky (1821 – 1881); penulis Rusia

"Kita, sewaktu membaca, harus menjadi orang Yunani, Romania, Turki, pendeta dan raja, martir dan algojo; harus menempelkan gambar-gambar tersebut menjadi semacam realitas dalam pengalaman rahasia kita, atau kita tidak akan belajar apa-apa secara benar."
~ Ralph Waldo Emerson (1803 – 1882); penyair dan filsuf Amerika

No comments: