Tanjung Periok Berdarah
suatu malam yang dingin berkabut di bulan oktober 1984, aku ada di neumunster (jerman barat). malam itu ada tamu dari jauh, yang mengabarkan kekejaman rezim suharto membabat rakyat di jalanan dengan senjata buatan amerika.
air mata berlinang, rasanya hati tertusuk bayonet, sakitnya terasa sampai sekarang. kekerasan negara terulang, setiap hari rakyat kecil hanya bisa makan sekali, itu pun kalau ada rejeki. sedangkan birokrasi asik beramai-beramai-berkorupsi.
kemarin malam di euronews diputar berulang-ulang kekejaman aparat negara mengeroyok, menginjak-injak, dan memukuli demonstran.
lalu buat apa negara-negara kaya mendukung rezim yang suka kekerasan seperti ini? buat apa kita punya pengetahuan dan rasa kemanusian jika membiarkan kekejaman terjadi di depan mata batin kita?
kawan-kawan yang baik, kabarkanlah ke seluruh dunia, indonesia dijajah kembali oleh bangsanya sendiri.
Amsterdam, 15/04/2010
2 comments:
Rasa sepenanggungan dengan mereka yang kecil dan tertindas di dalam puisi ini sangat terasa sehingga kita yang membacanya juga turut merasakan perasaan sang penulis.
makasih ya frans. :)
http://herilatief2010.blogspot.com/
Post a Comment