October 16, 2010

Kepala Sekolah yang Mengenal Semua Muridnya

Beberapa hari lalu, saya membuat tulisan tentang Kristalisasi Pengalaman. Saat itu ada pengalaman menarik dengan guru matematika yang sekaligus guru biologi.

Peristiwa yang sangat langka, karena memang saya belum pernah mengalami sebelumnya, hari pertama menjadi siswa SMP, setelah perkenalan, langsung ulangan. Jadual saat itu adalah pelajaran matematika, tapi ulangannya adalah soal biologi. Pengalaman yang sangat berkesan dan tidak terlupakan dari SMP.

Tapi pengalaman berkesan tidak berhenti di sana. Karena di SMA juga banyak pengalaman yang lebih berkesan lagi. Pengalaman berkesan di SMA adalah tentang meminjam buku di perpustakaan dan tentang kepada sekolah.

Pernah mengenal seorang kepala sekolah yang mengenal semua siswanya? Tentu siswanya tidak sedikit. Dialah Bruder G. J. W. Peters. Bruder kelahiran Belanda yang menjadi warga negara Indonesia, yang ingin mendidik manusia Indonesia. Dia mengenal semua siswanya. Setiap bulan kepala sekolah ini ke kelas membagi nilai bulanan. Setiap siswa sudah membuat urutan mata pelajaran di kertas atau buku masing-masing,  sebelum mencatat nilainya ke buku besar daftar nilai semua siswa yang dibawa Bruder. Saat itulah dia berinteraksi dengan setiap siswa. Setelah beberapa bulan, maka Bruder ini sering tidak lagi memanggil nama seseorang, tapi memanggil nama kampung atau asalnya.

Kemudian saya mengingat dan mengenang lagi bruder ini karena tulisan sebelumnya tentang kristalisasi pengalaman dan tentang '17 Agustusan'.

Semua orang yang mengenalnya mengetahai bahwa Bruder ini seorang yang disiplin. Beliau menjadi kepala sekolah selama tujuh belas tahun. Bruder ini juga sekaligus pelatih sepakbola. Satu pengalaman menarik adalah ketika menjadi pemain sepakbola di bawah bimbingannya. Bagi siswa baru yang mengambil ekstrakurikuler sepakbola, maka sudah cukup tahu bahwa Bruder ini sangat disiplin, tapi tidak terlalu tahu bagaimana caranya Bruder ini merealisasikannya.

Saat itu, semua pemain sepakbola ada di lapangan termasuk yang tidak bermain. Di pinggir lapangan tidak ada tempat berteduh yang terlindung dari hujan. Setelah bermain setengah jam, tiba-tiba hujan turun deras. Sangat deras. Maka sebagian pemain mencari tempat berteduh, terutama yang tidak bermain saat itu. Ada juga yang sedang bermain, lari dan keluar dari lapangan untuk berteduh.

Karena hujan deras, Bruder yang sudah berumur dan selalu memegang pluit ini tidak bisa memanggil semua pemain. Dia hanya mengatakan, jangan berhenti, jangan mencari perlindungan berteduh, dan terus bermain.

Ketika hujan sudah reda, dan memang waktu latihan sepakbola sudah cukup waktunya. Semua pemain dikumpulkannya lagi. Dan terjadilah yang menarik dan mengagetkan. Semua pemain termasuk yang tidak sedang bermain, yang mencari perlindungan untuk berteduh, dipecat. Tidak boleh lagi ikut ekstrakurikuler sepakbola lagi.

Saya mengenangnya pada bulan Agustus ini karena juga mengingat kebijakannya yang tidak umum di kota itu. Bruder ini memperbolehkan siswa pria memanjangkan rambut. Dan memang siswa-siswa yang gemar memanjangkan rambut seperti surgalah sekolah ini. Dia juga memberi ruang untuk segala seni yang mampu dilakukan oleh para siswa/i. Tapi di sisi lain, rambut yang panjang tidak boleh alasan untuk menjadi tidak disiplin.

Maka setiap tanggal 17 Agustusan, seperti biasa, di lapangan kota, diadakan Upacara Detik-detik Proklamasi. Ternyata anggapan umum, orang terutama siswa yang ikut upacara tidak boleh yang berambut gondrong. Tapi Bruder ini tidak peduli dengan itu, dia selalu mengirim orang yang berambut gondrong untuk upacara. Ternyata siswa-siswa yang berambut gondrong ini membuat 'malu' beberarpa orang di kota, terutama yang 'berwenang'. Tapi siapakah yang berwenang dalam hal upacara Detik-detik Proklamasi? Siapakah warga negara Indonesia? Sejak kapan seorang yang berambut gondrong tidak boleh mengikuti upacara kemerdekaan? Siapa yang lebih merdeka yang berambut gondrong atau yang tidak boleh berambut gondrong?
:-)

Dan bruder ini tidak pernah patuh untuk tidak menggondrongkan siswa prianya, sampai akhir kepala sekolahnya bahkan sampai akhir hidupnya.

Tapi kejadian yang paling menakutkan adalah yang sering terjadi hampir merenggut nyawanya. Kepala sekolah ini selalu mengendarai sepeda motor vespa. Sebenarnya vespa ini berwarna biru muda, tapi karena dipakai terus-menerus tanpa henti, maka jadilah warnanya bukan lagi biru, tapi warna aus. Apa itu warna aus? Ya, tidak berwarna lagi. Tapi menjadi semakin menakutkan karena lampu samping yang seharusnya warna kuning atau jingga, juga tidak lagi berwarna.

Karena kalau datang memasuki gerbang sekolah, maka Bruder ini harus menyalib ke kanan, karena sekolah berada di sebelah kanan. Sering terjadi hampir kecelakaan karena bruder ini langsung menyalib ke kanan. Para supir angkutan dan mobil di belakangnya kaget karena tidak melihat lampu samping kanan Bruder ini aktif. Ternyata, memang warna penutup lampu sampingnya memang sudah aus juga. Kejadian rem mendadak ini sangat sering terjadi, dan para siswa akan sangat cepat berhamburan ke gerbabg sekolah, jika mendengar suara rem mendadak ini.
:-)

Tapi secara pribadi yang paling berkesan kepada saya adalah Catatannya yang mengizinkan saya meminjam buku tidak hanya dua (seperti aturan) tapi boleh sampai sepuluh buku sekaligus.
:-)

Terima kasih, Bruder G. J. W. Peters!
Terima kasih, Guru dan Pelatihku!

No comments: