"Waktu umumnya terbuang dengan cara yang sama setiap hari."
~ Paul J. Meyer (1928-2009)
* * *
Saya tidak menghitung lagi berapa orang yang berkata bahwa membaca adalah hal yang sangat penting tapi tidak ada waktu untuk itu. Membaca hal yang sangat penting tapi tidak membaca karena tidak ada waktu.
Sekali lagi yang kita maksudkan membaca bukanlah sekadar membaca, seperti membaca resep masakan, atau iklan di surat kabar, tapi membaca buku, dan tidak terbatas formatnya harus kertas. Dan membaca buku pun, tidak sekadar buku.
:-)
Pertanyaan penting, "Benarkah tidak ada waktu? Waktu tidak ada?"
Kalau waktu kita tidak ada bagi hal yang sangat penting, lalu waktu kita habis untuk apa? Tinggal kemungkinan ini: waktu habis kepada hal yang kurang/tidak penting atau hal yang lebih penting daripada yang sangat penting.
Satu hal yang paling adil yang ada pada makhluk hidup (mungkin juga bagi makhluk mati) adalah waktu. Waktu dua puluh empat jam sehari, dan tujuh hari seminggu. Lalu mengapa sebagian orang memiliki waktu sedangkan sebagian orang tidak memiliki waktu. Padahal waktu sama bagi siapa pun?
Apakah karena kita terlalu memfokuskan diri kepada hal yang kurang penting?
Konon seperti olahraga atau bahkan makanan bagi raga, membaca adalah olahraga dan makanan bagi jiwa. Berarti jika kita tidak membaca, maka jiwa kita mungkin sedang kelaparan dan kehausan. Kita telah menelantarkan jiwa kita. Memang mungkin tidak seperti tubuh yang biasanya langsung merasakan lapar dan haus, jiwa lapar mungkin tidak terlalu tampak, karena memang sudah aus atau sudah tidak memiliki seperti indra perasa lagi.
Atau jika tubuh kita tidak diberi asupan makanan maka tubuh kita tidak berkembang atau malah semakin merosot. Analoginya, jika kita tidak membaca maka jiwa kita mungkin tidak berkembang. Yang menarik, jika jiwa kita tidak berkembang, barangkali itu masih lumayan, bagaimana kalau merosot dan semakin kerdil? Kemungkinannya lebih besar menjadi semakin kerdil daripada tetap, karena kita mungkin sudah melupakan banyak hal yang sudah kita ketahui sebelumnya.
Seorang bijak, Konfusius pernah berkata, "Perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah." Ungkapan itu sungguh menarik. Dan sangat tepat juga untuk semua bidang kehidupan yang memerlukan perkembangan, perjalanan, dan waktu. Jadi, membaca seribu buku dimulai dengan membaca sebuah buku. Tapi jika itu pun terlalu berat, maka tepatnya diawali dengan membaca paragraf awal sebuah buku (dan tentu menyelesaikannya sampai kata dan tanda baca terakhir).
Tentang membaca ini, saya selalu teringat akan cerita tentang John Erskine. John Erskine (1879 – 1951), seorang penidik, dan orang pertama yang memimpin American Writers Association, mendapatkan suatu pelajaran yang paling berharga dalam hidupnya saat ia berusia empat belas tahun. Guru pianonya bertanya, "Berapa kali kamu berlatih dalam seminggu, dan berapa lama waktu yang kamu pakai setiap kali berlatih?"
Ia menjawab bahwa ia mencoba untuk berlatih setiap hari selama satu jam atau lebih.
"Jangan lakukan itu," kata gurunya, "Saat kamu dewasa, waktu luang yang panjang tidak selalu ada. Berlatihlah dalam menit-menit yang masih luang, kapan saja kamu dapati - lima atau sepuluh menit sebelum sekolah, setelah makan siang dan pada saat istirahat. Aturlah waktumu sepanjang hari, dan musik akan menjadi bagian hidupmu."
* * *
N. B.
'Belajar piano atau musik' tinggal diganti dengan 'membaca'.
No comments:
Post a Comment