"The first half of our lives is ruined by our parents, and
the second half by our children."
~ Clarence Darrow (1857 – 1938)
* * *
Banyak dari antara kita tidak hanya mempunyai orangtua, tetapi adalah orangtua. Kenyataan ini sudah membuat kita berpikir, karena mungkin sekali anak-anak kita akan banyak berbicara dengan kawan mereka, dengan pembimbing mereka, dengan psikiater, dan dengan pembimbing rohani mengenai diri kita!

Dan kita berusaha keras untuk tidak melakukan kesalahan yang sama seperti yang dilakukan oleh orangtua kita! Namun, karena kita lebih toleran daripada ayah atau ibu kita, mungkin saja anak-ank kita masih mengeluh karena kita kurang disiplin. Tidak mustahil juga, sementara kita berusaha agar anak-anak bebas memilih cara hidup mereka sendiri, agama mereka, atau karier mereka sendiri, mereka membicarakan kita sebagai orang-orang yang berwatak lemah, yang tidak berani memberi pengarahan yang jelas.
Yang menyedihkan dalam hidup kita ialah, sementara kita menderita karena luka yang disebabkan oleh orang-orang yang mencintai kita, kita tidak dapat menghindar dari melukai orang yang ingin kita cintai.Kita begitu ingin mencintai sebaik-baiknya, memberi perhatian sebaik-baiknya, memahami sebaik-baiknya, tetapi tetap akan ada orang yang mengatakan kepada kita, "Ketika saya amat membutuhkan dirimu, kamu tidak ada di situ; kamu tidak peduli dengan yang saya kerjakan dan pikirkan; kamu tidak memahami atau berusaha memahami saya."
Kalau kita mendengar celaan seperti ini atau merasakan kritik orang-orang yang kita cintai, kita sadar bahwa - seperti halnya kita harus meninggalkan ayah, ibu, saudara, dan saudari kita - mereka pun harus meninggalkan kita dan menemukan kemerdekaan mereka sendiri. Kesadaran ini menyakitkan. Rasanya sakit kalau kita melihat orang-orang yagn amat kita cintai meninggalkan kita, dan berjalan ke arah yang kita takutkan.
Pada saat itulah kita dipanggil untuk sungguh-sungguh percaya kepada kebenaran bahwa kebapaan dan keibuan itu adalah yang dapat mengasihi.
Kalau dipegang sungguh-sungguh keyakinan ini dapat membuat kita bebas tidak hanya untuk mengampuni orangtua kita, tetapi juga membiarkan anak-anak kita mengampuni kita.

~ Henri J. M. Nouwen, HERE and NOW: Living in the Spirit
No comments:
Post a Comment