Selama beberapa hari ini, saya mengunjungi seorang anggota keluarga yang sakit, sakit karena patah tulang di bagian paha dan lengan. Ternyata di tempat itu, sudah banyak orang sebelumnya yang tinggal menginap berbagai hal terutama karena patah tulang juga, terkilir, ada juga yang sakit akibat luka bakar. Banyak hal yang sangat menarik dan menakjubkan tampak di sana.

Yang tinggal di sana berobat kebanyakan akibat jatuh dari sepeda motor, selain jatuh dari ketinggian tertentu ketika menukangi sebuah rumah atau terkilir ketika melaksanakan aktivitas olahraga.
Selama berada dan jika mengingat hal-hal yang terjadi di sana, begitu mengingatkan saya kepada banyak hal. Utamanya adalah ternyata tubuh kita begitu ringkih, dan manusia begitu terbatas secara fisik. Tapi ada yang selalu terngiang: mengenai cinta seorang ibu.
Pertama, kalau kita amati dalam berbagai pengalaman hidup, tentang patah tulang, sering terjadi di sana hal yang tidak mudah dicerna akal. Biasanya jika seseorang mengalami patah tulang, apalagi ada serpihan tulang di dalam tubuhnya, sering dianjurkan atau dinyatakan agar amputasi. Tapi di tempat tukang urut ini, hal itu tidak terjadi. Melalui tukang urut, tulang-tulang yang retak, patah, bahkan remuk disatukan kembali.
Kedua, yang terjadi kepada mereka adalah hal yang tidak mereka inginkan. Dunia modern sering dikumandangkan mengenai keinginan-keinginan, dan mencoba memastikan agar keinginan ini benar-benar terjadi, nanti. Menginginkan yang mulia, mungkin mulia. Mengharapkan yang baik, adalah baik. Tapi bagaimana jika yang terjadi adalah bukan hal yang kita inginkan? Walaupun sepertinya menarik dan menyenangkan menginginkan seseuatu dan sesuatu itu terjadi, tapi mendapatkan yang tidak kita inginkan menciptakan hal mulia juga.
Kalau kita renungkan, di antara kedua ini: 'menginginkan suatu hal dan terealisasi' dan 'suatu hal terjadi kepada diri kita yang kita tidak inginkan'; yang mana yang kira-kira membuat kita semakin memaknai hidup lebih dalam, dan membuat atau menciptakan kearifan dalam diri kita? Bagaimana seseorang yang mengalami kehidupan yang sebelumnya normal, tiba-tiba berubah total menjadi hanya bisa 'hidup' dengan hanya bantuan orang lain?
Ketika kita lihat para penderita patah tulang dan bahkan harus terlentang dengan posisi yang sama, begitu tidak berdayanya seseorang tanpa bantuan orang lain. Bukan hanya tidak bisa menggerakkan sendiri tubuhnya, untuk mengganti pakaian pun, mereka tidak bisa sendiri.
Ketiga, teringat dengan tubuh yang harus dibantu oleh orang lain. Terasa begitu memilukan. Saya melihat seorang anak muda (lelaki dewasa) yang dijaga oleh seorang ibu, ibundanya sendiri. Ini kelihatan sederhana tapi begitu mengharukan.
Biasanya seorang ibu membantu putranya untuk buang air kecil, buang air besar, mengganti celana anaknya ketika anak itu masih kanak-kanak. Tapi di sini, seorang ibu, karena kecelakaan yang terjadi kepada anaknya, datang dan kembali merawat anak dewasanya persis seperti anak kecil: memasak makanannya, menyuapinya, mengelap atau memandikan putranya. Bahkan harus mengganti celana (dalam) anak sendiri! Ibu harus meninggalkan segalanya: aktivitasnya, rumahnya, kampungnya, segalanya demi merawat dan mengembalikan 'hidup'' anaknya kembali.
Ibu !!!

"Ya Allah,
berilah aku;
Ketenangan untuk menerima apa yang tidak bisa saya ubah;
Keberanian untuk mengubah apa yang harus saya ubah;
dan,
Kebijaksanaan untuk mampu membedakan keduanya."
~ Reinhold Niebuhr (1892 – 1971); teolog dan komentator sosial
No comments:
Post a Comment