"Fanatisme merupakan penggandaan kembali upaya Anda apabila Anda telah melupakan tujuan Anda."
~ George Santayana (1863-1952); filsuf Amerika kelahiran Spanyol
* * *
Pernahkah kita (manusia) membayangkan, jika agama tidak pernah ada di bumi ini? Kalau agama tidak pernah ada maka (ajaran atau tafsiran) agama tidak pernah menjadi alasan kekerasan, penyerangan, pembunuhan, bahkan perang.
Lalu, pernahkah kita (manusia) membayangkan seperti apakah Tuhan melihat atau memandang manusia? Atau seperti apakah Tuhan memperlakukan manusia?
Lalu pernahkah kita (manusia) merenungkan, bagaimana Tuhan memandang agama? Lalu bagaimana Tuhan memandang manusia yang beragama dan manusia yang tidak beragama?
Lalu, pernahkan kita (manusia) melihat sesuatu melalui kaca mata orang beragama, orang tidak beragama, orang suci, atau agnostik atau ateis?
Untuk siapakah agama manusia? Untuk manusia atau untuk Tuhan?
Kita masing-masing barangkali ada yang percaya Tuhan, ada yang ragu-ragu, ada yang agnostik, ada yang ateis bahkan mungkin ada yang tidak pernah tahu bahwa Tuhan ada atau tidak.
Dari mana, kapan, dari siapa, atau bagaimanakah kita semua menjadi percaya Tuhan (jika percaya)? Dari orangtua, dari saudara, dari tetangga, dari guru, dari imam, dari kitab suci, dari buku-buku, dari khotbah, atau dari mana?
Apakah ada dari kita yang sudah pernah bertemu Tuhan dan mendengarkan langsung apa yang dikatakan-Nya?
Bahkan sekiranya ada orang yang benar-benar bertemu dengan Tuhan, orang lain mungkin tidak percaya dengan adanya pertemuan itu. Dan mungkin orang yang beragama akan mengatakan bahwa pertemuan dan orang itu, sesat. Orang bertemu Tuhan, kok sesat?
Masih banyak pertanyaan dan renungan yang membuat kita harus semakin arif atau rendah hati jika menyangkut Tuhan ini.
Thomas Aquinas berkata, bahwa pengetahuan tertinggi mengenai Tuhan adalah bahwa kita tidak mengetahui Tuhan.
:)
Sembari merenungkan ini semua, marilah kita baca cerita ini: *
Saya dan Sahabat pergi ke sebuah pameran: Pameran Agama-agama sedunia. Bukan sebuah pameran dagang. Tapi, persaingan juga sama kerasnya, dan propaganda sama gencarnya.
Di kios Yahudi, kami diberi selebaran yang mengatakan bahwa Tuhan adalah maharahim dam orang Yahudi adalah bangsa pilihannya. Iya, orang Yahudi, bukan bangsa yang lain.
Di kios Muslim kami mendengar bahwa Tuhan adalah maharahim dan Muhammad SAW adalah nabi-Nya. Keselamatan datang dari mendengarkan dan mengikuti nabi Tuhan ini.
Di kios Kristen kami mendapatkan bahwa Tuhan adalah kasih, dan tidak ada keselamatan di luar gereja. Bergabunglah dengan gereja atau Anda akan masuk neraka.
Ketika keluar, saya bertanya kepada Sahabat saya, "Apa pendapat-Mu tentang pameran ini, Tuhan? Tidakkah Engkau tahu bahwa mereka merusak nama-Mu selama berabad-abad?"
Tuhan berkata, "Saya tidak mengorganisir pameran itu dan Saya merasa malu berkunjung ke situ."
:)

TUHAN SUKA MEMBERSIHKAN LANTAI **
tak ada yang mengaku melihat tuhanapalagi bertemu sekedar bertegursapatapi mereka masih saja berkoarkoarmenjualnya di sekolahan di perempatandi peraturanperaturan di ketetapanketetapan
negeri yang sibuk dengan katakatasegala jenis petuah pidato dan pernyataandiamdiam seperti klakson kendaraanberdesakan dengan udara hitammeracuni pelajar saat berangkat pagi hari
kemudian masihkah kau mau membeli obatkerna memang belum tentu menyembuhkancelakanya tak ada yang menjual sehathanya sebatas memantulkan sifatyang mesti dinyatakan dalam keseharian
lihat ada yang datang tanpa busanamenepuknepuk kepala lalu membiarkankuragu pada hampir semua jenis nyanyiansuarasuara mengeringkan matatak rampung meski tawa telah menggema
selain tuhan tak ada lagi yang dijualaku membeli satu yang membawa sapu
di atas lantai kita serupa debu
* ~ Cuplikan cerita oleh Anthony de Mello dari buku 1000 Stories Can You Use karya Frank Mihalic
** ~ Puisi karya penyair Kurniawan Yunianto
2 comments:
Apa mungkin keberagamaan ala Buddhisme yang tidak tahu sama sekali akan Tuhan yg kita butuhkan saat ini? Apa, atau siapakah Tuhan, kita juga tidak tahu bukan. Tapi apa ketidaktahuan itu menegasikan pengetahuan yg kita miliki dari tradisi agama-agama Abrahamik tentang Tuhan? Tidak juga bukan. Dan jualan itu, serta perang-perang atas nama Tuhan. Apa jika manusia tidak beragama, mereka tidak berperang? Tidak juga bukan. Jadi?
Mereka meyakini Tuhan mahakuasa, maha tahu , maha bijak dll, namun mereka membatasi Tuhan sesuai dengan apa yang mereka yakini.Kenyataan nya yang mereka miliki hanya teks-teks yang diyakini tentang tuhan.Kebanyakan dari kita merasa sudah mengerti tuhan.bukan konsep tentang tuhan .fundamental menganggap tahu persis apa kehendak Allah, sehingga tidak mau berdialog dan pemikiran kritis.Ini dapat dimaklumi mengingat sikap seperti itu terhadap agama memberikan ketenangan / kenyamanan.Sedangkan pemikiran kritis bisa menimbulkan kegelisahan
Post a Comment