"Jangan pernah meminjamkan buku karena tidak akan pernah dikembalikan.
Buku-buku di perpustakaan saya, semuanya adalah hasil pinjaman."
:)
~ Anatole France ( 1844 – 1924); penyair, jurnalis, dan novelis Prancis; peraih Nobel Literatur 1921
* * *
Kejadian ini sebenarnya kemarin. Artinya, ini adalah tulisan kemarin yang saya tuliskan hari ini.
Sekitar setahun yang lalu, seorang sahabat ingin meminjam sebuah buku saya. Sahabat ini sangat ingin membaca buku itu. Dia berkata bahwa dia ingin melakukan perubahan besar dalam hidupnya, dan memulainya dengan buku itu. Tentu saja, saya merasa bergembira saat mendengar seorang sahabat mengatakan dan menyatakan hal yang seperti itu. Apakah kita mampu untuk menolaknya begitu saja? Apakah karena Anatole France berkata seperti yang di awal tulisan ini, lantas kita harus patuh padanya dan tidak menolong teman, dengan hanya meminjamkan buku? Dalam peristiwa seperti ini, saya memilih tidak sepakat dengan Anatole France.
:)
Sahabat ini adalah buruh sebuah perusahaan manufaktur. Istilah 'buruh' jarang disebut, yang umum digunakan adalah operator, lulusan sekolah menengah atas (SMA/SMU). Setahun kami sudah tidak bertemu, tapi sekitar enam bulan lalu, saya meneleponnya untuk sekadar menanyakan kabarnya. Dia berkata sedang mengambil sertifikasi, dan tidak tanggung-tanggung, dia mengambil tiga sertifikasi. Yang sering saya tahu untuk jenis seperti ini adalah welding inspector. Tapi mengambil tiga sertifikasi? Benar-benar kesungguhan luar biasa. Mengapa? Karena dia berhenti dari pekerjaannya dan fokus hanya untuk mengambil sertifikasi itu. Ada lagi yang cukup menantang selain masalah berhenti dari pekerjaan dan mengambil sertifikasi itu, yakni biayanya. Dan menurutnya, tabungannya habis bahkan kurang untuk biaya ketiga sertifikasi ini.
Kata sahabat ini, dua dari sertifikasi itu umumnya hanya bisa diterima jika sudah kuliah tingkat sarjana. Setelah lulus satu sertifikasi, dia heran dengan syarat itu. Mengapa harus sarjana kalau misalnya yang bukan sarjana juga bisa?
Menghadapi kebuntuan ini, dia menemui saya saya delapan bulan lalu. Saya hanya berkata, coba temui orang yang paling bertanggung jawab mengenai materi sertifikasi itu. Barangkali memang disyaratkan sarjana dengan asumsi bahwa sarjana terutama sarjana teknik sudah mempelajari beberapa mata kuliah atau ilmu yang memang syarat atau sesuatu hal yang harus dipahami sebelum mengambil sertifikasi itu, mungkin kalkulus, aljabar linier, trigonometri, probabilitas, statistik dan pengertian-pengertian yang tidak boleh keliru, misalnya mengenai presisi dan toleransi.
Dia mendatangi seorang instruktur yang paling bertanggung jawab mengenai materi. Sahabat ini meminta agar diuji sebagai pendahuluan apakah dia boleh atau pantas untuk ikut sertifikasi yang biasanya hanya untuk tingkat sarjana itu. Dan apa yang terjadi? Dia bisa, lulus, dan diterima!
Dia mengikuti studi atau kursusnya sampai selesai. Dan begitu hebat, dari dua puluh enam peserta sertifikasi yang berbulan-bulan itu, dia lulusan terbaik!
Setelah delapan bulan inilah dia menyelesaikan ketiga sertifikasi. Dan kemarin, dia datang menemuiku, membawa dan mengembalikan buku yang dipinjamnya setahun lalu itu. Dia bercerita banyak, kesulitan biaya, tapi tidak pernah kekurangan semangat dan spirit.
Dia mengambil pilihan, keputusan, dan komitmen itu setelah membaca buku yang baginya begitu menggugah hidupnya.Saya begitu terkejut, ketika dia memutuskan untuk menjadi pembaca. Betapa hebatnya, sebuah buku mengubah dan membarui hidup seseorang. Dia meminta saya untuk menemaninya membeli buku yang bernada membangun semangat dan jiwanya.
"Saya begitu bersyukur dan terharu hari ini, Kawan!" Saya berseru. Dia menangis, kemudian tersenyum kembali. Saya lanjutkan, "Berapa biaya yang kamu sediakan untuk buku hari ini?" Dia berkata, "Lima ratus ribu!"
Dengan momen yang menginspirasi ini, saya menemaninya membeli buku-buku yang tepat untuk suasana hati dan jiwanya. Saya merekomendasikan beberapa buku, dan ajaib, semua buku itu ada. Dia membeli buku-buku:
1. The Seven Habits of Highly Effective People, karya Stephen R. Covey
2. The Magic of Thinking Big, karya David Schwartz.
3. How to Win Friends and Influence People, karya Dale Carnegie
4. The Power of Positive Thinking, karya Norman Vincent Peale
Dan ada satu lagi saya rekomendasikan sebuah buku dari novelis Brazil, Paulo Coelho, The Alchemist.
Empat buku yang pertama, dia memilih yang hard cover.
* * *

"Saya menenggelamkan diri saya sendiri ke dalam pikiran-pikiran orang lain.
Apabila saya tidak berjalan-jalan, saya membaca.
Saya tidak dapat duduk dan berpikir.
Buku-bukulah yang berpikir untuk saya."
:)
~ Charles Lamb (1775-1834); esais Inggris